Negara (Antara Bali) - Jambatan yang menghubungkan Lingkungan Mertasari, Kelurahan Loloan Timur dengan Desa Perancak, Kabupaten Jembrana, Bali, dilaporkan mengalami kerusakan yang cukup berat.
Pengamatan ANTARA di lokasi, Rabu, menunjukkan bahwa besi pembatas atau dinding jembatan yang hanya bisa dilalui satu mobil itu, di beberapa bagian tampak hilang.
Jembatan tersebut tercatat cukup vital untuk jalur transportasi warga, karena tidak hanya menghubungkan Loloan Timur dan Perancak saja, tapi juga desa-desa sekitar seperti Budeng dan Air Kuning.
Jalur itu mulai ramai sejak dibangun jalan alternatif, menyusul keberadaan Pusat Penelitian Kelautan (SEACORM), dan merupakan jalur terpendek yang menghubunkan desa-desa tersebut.
Beberapa waktu lalu, saat bertemu dengan Bupati Jembrana I Putu Artha dan Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan, Kepala Desa Budeng I Nyoman Darna, sempat mengeluhkan kondisi jembatan tersebut.
Darna mengatakan, jembatan itu sangat dibutuhkan warganya untuk menuju ke Desa Perancak dan sekitarnya, sehingga perlu segera dilakukan perbaikan.
Selain jembatan, kondisi aspal jalan juga sudah mulai rusak dengan berlobang dan bergelombang di beberapa tempat.
Menurut salah seorang warga yang tinggal di jalur alternatif ini, tiap harinya lalu lalang kendaraan baik sepeda motor maupun mobil cukup ramai di jalur ini.
"Meskipun harus pelan-pelan karena jalannya yang sempit dan di beberapa tempat ada tikungan tajam, rata-rata kendaraan yang hendak ke Perancak atau Air Kuning memilih lewat jalan ini," kata warga.
Kepala Dinas PU Jembrana I Ketut Swijana saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, pengaspalan jalan tersebut dulu dilakukan oleh Kementerian Kelautan.
"Jalan itu diaspal untuk mempermudah transportasi petugas SEACORM dari mess ke kantornya," kata Swijana.
Menurut Swijana, jembatan yang ramai oleh warga yang ingin mancing atau sekedar nongkrong itu juga dibangun oleh Kementerian Kelautan.
Terkait kerusakan jembatan, ia mengaku, pihaknya sudah melaporkannya kepada Balai Sungai Bali Nusa Penida.
"Sementara untuk kerusakan jalannya kami masih menunggu bantuan dari pusat untuk memperbaikinya," kata Swijana.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Pengamatan ANTARA di lokasi, Rabu, menunjukkan bahwa besi pembatas atau dinding jembatan yang hanya bisa dilalui satu mobil itu, di beberapa bagian tampak hilang.
Jembatan tersebut tercatat cukup vital untuk jalur transportasi warga, karena tidak hanya menghubungkan Loloan Timur dan Perancak saja, tapi juga desa-desa sekitar seperti Budeng dan Air Kuning.
Jalur itu mulai ramai sejak dibangun jalan alternatif, menyusul keberadaan Pusat Penelitian Kelautan (SEACORM), dan merupakan jalur terpendek yang menghubunkan desa-desa tersebut.
Beberapa waktu lalu, saat bertemu dengan Bupati Jembrana I Putu Artha dan Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan, Kepala Desa Budeng I Nyoman Darna, sempat mengeluhkan kondisi jembatan tersebut.
Darna mengatakan, jembatan itu sangat dibutuhkan warganya untuk menuju ke Desa Perancak dan sekitarnya, sehingga perlu segera dilakukan perbaikan.
Selain jembatan, kondisi aspal jalan juga sudah mulai rusak dengan berlobang dan bergelombang di beberapa tempat.
Menurut salah seorang warga yang tinggal di jalur alternatif ini, tiap harinya lalu lalang kendaraan baik sepeda motor maupun mobil cukup ramai di jalur ini.
"Meskipun harus pelan-pelan karena jalannya yang sempit dan di beberapa tempat ada tikungan tajam, rata-rata kendaraan yang hendak ke Perancak atau Air Kuning memilih lewat jalan ini," kata warga.
Kepala Dinas PU Jembrana I Ketut Swijana saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, pengaspalan jalan tersebut dulu dilakukan oleh Kementerian Kelautan.
"Jalan itu diaspal untuk mempermudah transportasi petugas SEACORM dari mess ke kantornya," kata Swijana.
Menurut Swijana, jembatan yang ramai oleh warga yang ingin mancing atau sekedar nongkrong itu juga dibangun oleh Kementerian Kelautan.
Terkait kerusakan jembatan, ia mengaku, pihaknya sudah melaporkannya kepada Balai Sungai Bali Nusa Penida.
"Sementara untuk kerusakan jalannya kami masih menunggu bantuan dari pusat untuk memperbaikinya," kata Swijana.(**)
Editor : Masuki
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011