Denpasar (Antaranews Bali) - Mahasiswa dan akademisi dari Program Studi Kriya Seni ISI Denpasar memamerkan 95 karya kriya terbaik, di Denpasar Art Space yang terletak di "jantung" Kota Denpasar hingga 1 Oktober 2018.
 
"Karya-karya mahasiswa, baik yang tugas akhir, maupun karya kelas 'kan banyak tuh menumpuk di gudang, sekarang dipamerkan. Dan ternyata kita pun juga dibuat terpengarah, bagus karyanya," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha di sela-sela acara pembukaan pameran tersebut, di Denpasar, Rabu malam.

Apalagi, lanjut Prof Arya, didukung dengan keberadaan Denpasar Art Space (DAS) yang terletak di pusat Kota Denpasar yang merupakan ruang publik sehingga pengunjungnya akan banyak dan barang yang dipamerkan juga bisa dibeli masyarakat.

"Harapan kami, Prodi Kriya semakin maju karena ada kecenderungan jumlah mahasiswa Kriya menurun dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, karya-karyanya sangat berkualitas," ujarnya sembari ingin mendapatkan solusi dan masukan dari masyarakat.
 
Prof Arya juga menyatakan keinginan keterlibatan kampus setempat agar bisa diaktifkan dalam berbagai kegiatan di Kota Denpasar.
      
Sementara itu, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Denpasar IB Sidarta Putra mengatakan Denpasar Art Space dibentuk tiga tahun lalu sebagai sebuah ruang yang diinisiatori oleh Walikota Denpasar, untuk memberikan kesempatan ruang kepada seniman di Denpasar.

"Banyak seni rupa, seni kriya, membutuhkan ruang ini, orientasinya diberikan kepada kreativitas anak muda, sekaligus sebagai upaya mendukung Kota Budaya," ujar Sidarta.
 
Ketua Panitia Dr I Wayan Suardana menambahkan pameran tersebut bertujuan untuk mempromosikan karya Prodi Kriya Seni di ISI Denpasar kepada masyarakat. "Apakah karya -karya tersebut sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan karena selama ini masyarakat sangat jarang mengenal kriya, lebih banyak kerajinan," katanya.

Yang dipamerkan, kata Suardana adalah  karya seni murni, karya seni fungsional, seni ukir, mebel, topeng, ada batik, material secara umum, kayu dan keramik. Karya-karya yang dipamerkan merupakan karya dosen, mahasiswa dan beberapa karya alumni.

Alasan tempat memilih DAS, tambah Suardana, karena tempatnya  strategis, di pusat jantung Kota Denpasar. "Harapanya masyarakat banyak yang datang, memberikan masukan-masukan, sehingga penciptaan lebih lanjut bisa dikembangkan,"  ucapnya.

Sedangkan kurator pameran Wayan Seriyoga Parta sebagai alumni Prodi Kriya Seni memaknai karya kriya yang dipamerkan itu  untuk mengangkat kembali disiplin seni kriya  yang berbasis di ISI Denpasar supaya dapat secara intens  hadir kembali ke hadapan publik Bali.

Selain pameran, juga diselenggarakan diskusi dan workshop kriya. Kegiatan tersebut menjadi spirit dari Prodi Kriya ISI Denpasar untuk menyosialisasikan dan mendekatkan kembali seni kriya kepada publik.
     
"Program yang baik ini diharapkan dapat menjadi pendulum dan momentum bagi kebangkitan kembali seni kriya di Bali, baik secara praksis dan pewacanaan," katanya.
 
Yoga menambahkan, dalam perkembangan seni rupa kontemporer sekarang ini, sudah tidak ada lagi sekat-sekat dikotomi antara art dan craft  (seni dan kerajinan/kriya).

"Sudah tidak relevan lagi membicarakan soal batasan-batasan antarbidang seni, di saat semuanya saling silang, kait-mengait secara eklektif. Seni rupa dalam semangat kontemporer telah menjelajahi berbagai kemungkinan, melintas batas melampaui medium dari konvensional hingga yang paling advan berbasis teknologi digital," kata Yoga.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018