Denpasar (Antaranews Bali) - Ratusan mahasiswa baru tahun akademik 2018/2019 Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar mengikuti upacara "Upanayana" atau penyucian secara ritual sebelum memulai perkuliahan di kampus setempat.

"Upanayana atau Pawintenan Saraswati ini bertujuan untuk memohon kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati, agar seluruh mahasiswa Unhi Denpasar siap secara mental (niskala) untuk menerima wahyu ilmu pengetahuan, dalam menempuh pendidikan selama delapan semester," kata Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Unhi Denpasar Dr Ir I Wayan Muka, ST MT, di sela-sela ritual Upanayana tersebut, di Denpasar, Minggu.

Menurut Muka, Upanayana rutin dilaksanakan setiap penerimaan mahasiswa baru, juga dengan harapan agar mahasiswa siap untuk mengikuti masa Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) selama beberapa hari ke depan dan sekaligus menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi selama menempuh pendidikan di Unhi Denpasar.

Dalam tahun akademik 2018/2019, lanjut Muka, jumlah mahasiswa baru untuk jenjang S1 tercatat sebanyak 720 orang yang tersebar di enam fakultas dan 12 program studi.

Mayoritas mahasiswa baru berasal dari sembilan kabupaten/kota di Bali, dan juga ada dari luar Pulau Dewata untuk program studi tertentu seperti pada Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota.

Rangkaian ritual Upanayana di kampus Unhi Denpasar diantaranya diisi dengan pemasangan "karawista" dari daun ilalang, "merajah" atau penyuratan aksara suci Ongkara, pemasangan benang "semayut" yang berwarna tri datu (hitam, putih, dan merah), serta penggunaan sarana "kwangen" yang berisi 11 uang kepeng (pis bolong).

Akademisi Unhi Denpasar I Kadek Satria yang memberikan "dharma wacana" atau ceramah keagamaan mengatakan berbagai jenis sarana yang digunakan dalam ritual Upanaya tersebut mengandung nilai filosofi.

"Jika dilihat dari arti kata Upanayana sendiri adalah jalan untuk mendekatkan diri pada Brahman (Tuhan). Brahman adalah ilmu pengetahuan. Jadi, dengan Upanayana, kita untuk mendekatkan diri sehingga ilmu yang didapat itu bisa bermanfaat untuk kita, lingkungan dan kehidupan kita," ucapnya.

Sedangkan prosesi "merajah" atau penyuratan aksara Ongkara, lanjut dia, dimaksudkan agar tubuh mahasiswa baru "diubah" layaknya menjadi aksara untuk mempelajari aksara, yang kemudian untuk keberaksaraan.

"Menggunakan sarana kwangen dengan sesari uang kepeng 11 buah, yang artinya Ongkara yang sudah ditulis itu kemudian diwujudkan dalam kwangen, lalu dimohonkan agar Ong Kara hidup dalam tubuhnya untuk mempelajari aksara," kata Satria.

Sementara "karawista" yang terbuat dari daun ilalang mengandung nilai filosofi ketajaman pikiran agar mampu memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik. Serta "benang semayut" yang dibelitkan pada tubuh mahasiswa merupakan simbol dari tiga kekuatan Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa dan diharapkan mahasiswa baru siap menerima ilmu pengetahuan dengan didasari oleh perilaku, perkataan dan perbuatan yang baik.

Rangkaian ritual Upanayana mahasiswa baru di Unhi Denpasar itu dipimpin atau "dipuput" oleh Ida Pedanda Istri Raka dari Griya Gede Mundeh Kesiut Kawan, Kerambitan, Tabanan. (ed)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018