Singaraja (Antaranews Bali) - Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, menjajaki pembentukan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) serta mulai melakukan pendataan kelompok dan pelaku ekonomi kreatif di daerah pesisir utara Pulau Bali.
"Kami sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan kelompok dan pelaku ekonomi kreatif yang digelar Bekraf Indonesia, dan kini kami sedang melakukan pendataan," kata Kepala Bidang Industri Pariwisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng Putu Suryani, Selasa.
Ia mengatakan, pihaknya sudah memiliki data untuk sejumlah subsektor ekonomi kreatif seperti kelompok yang memproduksi bidang kerajinan dan kuliner. Untuk subsektor lain seperti bidang musik, desain fashion, arsitektur,seni pertunjukkan masih sedang didata bersama pelaku ekonomi kreatif yang sudah sering melakukan kerja sama dengan Bekraf di daerah lain.
Buleleng memiliki hampir semua subsektor yang masuk katagori ekonomi kreatif sebagaimana disyaratkan Bekraf. Di bidang musik misalnya ada sejumlah pelaku ekonomi kreatif yang terus berkarya seperti Gde Kurniawan yang mengelola Demores Rumah Musik.
Putu Suryani menambahkan, bidang kerajinan tenun, Buleleng berhasil mempertahankan kerajinan tenun khas Buleleng, seperti kain endek dari Sinabun. Dalam kegiatan-kegiatan seni budaya seperti Buleleng Festival dan Lovina Festival, para perajin ini selalu dilibatkan untuk ikut berpameran.
Baca juga: Desa Mayong andalkan pertanian daya tarik wisata
"Kami hanya perlu bertemu dengan para pelaku itu untuk sepakat membentuk Bekraf. Selain itu kami juga berencana melakukan studi banding ke kabupaten dan kota di Bali yang sudah terlebih dulu membentuk Bekraf seperti Denpasar, dan Karangasem yang sudah mengadakan MoU dengan Bekraf Indonesia," katanya.
Suryani mengatakan, proses pembentukan Bekraf ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar kegiatannya bisa berkesinambungan. Apalagi dengan adanya Bekraf, tentu akan banyak dilakukan kegiatan-kegiatan ekonomi kreatif terutama untuk menambah daya tarik wisata. (adt/I006)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kami sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan kelompok dan pelaku ekonomi kreatif yang digelar Bekraf Indonesia, dan kini kami sedang melakukan pendataan," kata Kepala Bidang Industri Pariwisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng Putu Suryani, Selasa.
Ia mengatakan, pihaknya sudah memiliki data untuk sejumlah subsektor ekonomi kreatif seperti kelompok yang memproduksi bidang kerajinan dan kuliner. Untuk subsektor lain seperti bidang musik, desain fashion, arsitektur,seni pertunjukkan masih sedang didata bersama pelaku ekonomi kreatif yang sudah sering melakukan kerja sama dengan Bekraf di daerah lain.
Buleleng memiliki hampir semua subsektor yang masuk katagori ekonomi kreatif sebagaimana disyaratkan Bekraf. Di bidang musik misalnya ada sejumlah pelaku ekonomi kreatif yang terus berkarya seperti Gde Kurniawan yang mengelola Demores Rumah Musik.
Putu Suryani menambahkan, bidang kerajinan tenun, Buleleng berhasil mempertahankan kerajinan tenun khas Buleleng, seperti kain endek dari Sinabun. Dalam kegiatan-kegiatan seni budaya seperti Buleleng Festival dan Lovina Festival, para perajin ini selalu dilibatkan untuk ikut berpameran.
Baca juga: Desa Mayong andalkan pertanian daya tarik wisata
"Kami hanya perlu bertemu dengan para pelaku itu untuk sepakat membentuk Bekraf. Selain itu kami juga berencana melakukan studi banding ke kabupaten dan kota di Bali yang sudah terlebih dulu membentuk Bekraf seperti Denpasar, dan Karangasem yang sudah mengadakan MoU dengan Bekraf Indonesia," katanya.
Suryani mengatakan, proses pembentukan Bekraf ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar kegiatannya bisa berkesinambungan. Apalagi dengan adanya Bekraf, tentu akan banyak dilakukan kegiatan-kegiatan ekonomi kreatif terutama untuk menambah daya tarik wisata. (adt/I006)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018