Denpasar, 15/4 (Antara) - Akademisi dari Universitas Ngurah Rai Denpasar Dr Luh Riniti Rahayu berharap Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali yang terpilih menjadi pemenang pada Pilkada 2018, harus dapat membuat terobosan memperkecil kesenjangan kaum perempuan dengan laki-laki.
"Hingga saat ini data kesenjangan antara kaum perempuan dan laki-laki di Bali masih sangat banyak," kata Riniti yang juga pengamat politik itu, di Denpasar, Minggu.
Dia mencontohkan, kesenjangan antara kaum adam dan hawa di antaranya bisa dilihat dari rata-rata pendidikan kaum perempuan yang masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, termasuk juga dalam hal akses kesempatan kerja.
"Kalau gap (kesenjangan) antara kaum perempuan dan laki-laki bisa dibuat menipis, maka saya yakin pemerintah dapat menggerakkan roda pembangunan lebih mudah," ujarnya yang juga Ketua LSM Bali Sruti itu.
Sedangkan kalau kesenjangannya tinggi dan perempuan sangat tertinggal, seperti kondisi kaum perempuan yang banyak bodoh, miskin, tidak sehat, secara hukum punya hak tidak sama, kata Riniti, otomatis akan menjadi beban pembangunan.
"Oleh karena itu, pemimpin Bali mendatang semestinya menyiapkan program khusus yang nantinya dapat tertuju kepada kaum perempuan," ucapnya.
Menurut Riniti, sejauh ini jika dilihat dari visi misi kedua pasangan calon yakni pasangan Koster-Ace dan Mantra Kerta, program untuk kaum perempuan itu baru tersurat secara normatif.
Demikian pula dengan sasaran kampanye juga belum mengarah spesifik kepada kaum perempuan di Pulau Dewata.
"Sejauh ini tidak masalah jika memang belum ada program maupun kampanye spesifik kepada kaum perempuan, yang penting nanti mereka punya komitmen yang kuat untuk menipiskan kesenjangan antara kaum perempuan dan laki-laki kalau sudah terpilih," katanya.
Mantan komisioner KPU Provinsi Bali itu menambahkan, ketika salah satu pasangan calon telah menjadi Gubernur dan Wagub Bali, maka hentakannya terhadap program dan kebijakan bagi kaum perempuan akan luar biasa apabila dibarengi dengan komitmen yang tinggi.
"Jika komitmennya tinggi, berarti akan sangat bermanfaat, terutamanya untuk program pemberdayaan perempuan. Jika komitmennya biasa-biasa saja, maka akan tetap tinggi kesenjangan kaum perempuan dan laki-laki," ucap Riniti.
Pilkada Bali 2018 diikuti dua pasangan calon, yakni pasangan nomor urut 1 Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (KBS-Ace). Pasangan itu diusulkan oleh empat parpol peraih kursi di DPRD Bali, yakni PDIP, Hanura, PAN, dan serta PKPI. Pasangan tersebut juga didukung PKB dan PPP.
Pesaingnya adalah pasangan nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) diusulkan oleh empat partai peraih kursi di DPRD Bali, yakni Golkar, Gerindra, Demokrat, dan Nasdem. Mereka juga didukung oleh PKS, PBB, dan Perindo. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Hingga saat ini data kesenjangan antara kaum perempuan dan laki-laki di Bali masih sangat banyak," kata Riniti yang juga pengamat politik itu, di Denpasar, Minggu.
Dia mencontohkan, kesenjangan antara kaum adam dan hawa di antaranya bisa dilihat dari rata-rata pendidikan kaum perempuan yang masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, termasuk juga dalam hal akses kesempatan kerja.
"Kalau gap (kesenjangan) antara kaum perempuan dan laki-laki bisa dibuat menipis, maka saya yakin pemerintah dapat menggerakkan roda pembangunan lebih mudah," ujarnya yang juga Ketua LSM Bali Sruti itu.
Sedangkan kalau kesenjangannya tinggi dan perempuan sangat tertinggal, seperti kondisi kaum perempuan yang banyak bodoh, miskin, tidak sehat, secara hukum punya hak tidak sama, kata Riniti, otomatis akan menjadi beban pembangunan.
"Oleh karena itu, pemimpin Bali mendatang semestinya menyiapkan program khusus yang nantinya dapat tertuju kepada kaum perempuan," ucapnya.
Menurut Riniti, sejauh ini jika dilihat dari visi misi kedua pasangan calon yakni pasangan Koster-Ace dan Mantra Kerta, program untuk kaum perempuan itu baru tersurat secara normatif.
Demikian pula dengan sasaran kampanye juga belum mengarah spesifik kepada kaum perempuan di Pulau Dewata.
"Sejauh ini tidak masalah jika memang belum ada program maupun kampanye spesifik kepada kaum perempuan, yang penting nanti mereka punya komitmen yang kuat untuk menipiskan kesenjangan antara kaum perempuan dan laki-laki kalau sudah terpilih," katanya.
Mantan komisioner KPU Provinsi Bali itu menambahkan, ketika salah satu pasangan calon telah menjadi Gubernur dan Wagub Bali, maka hentakannya terhadap program dan kebijakan bagi kaum perempuan akan luar biasa apabila dibarengi dengan komitmen yang tinggi.
"Jika komitmennya tinggi, berarti akan sangat bermanfaat, terutamanya untuk program pemberdayaan perempuan. Jika komitmennya biasa-biasa saja, maka akan tetap tinggi kesenjangan kaum perempuan dan laki-laki," ucap Riniti.
Pilkada Bali 2018 diikuti dua pasangan calon, yakni pasangan nomor urut 1 Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (KBS-Ace). Pasangan itu diusulkan oleh empat parpol peraih kursi di DPRD Bali, yakni PDIP, Hanura, PAN, dan serta PKPI. Pasangan tersebut juga didukung PKB dan PPP.
Pesaingnya adalah pasangan nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) diusulkan oleh empat partai peraih kursi di DPRD Bali, yakni Golkar, Gerindra, Demokrat, dan Nasdem. Mereka juga didukung oleh PKS, PBB, dan Perindo. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018