Denpasar (Antaranews Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengirimkan bantuan untuk Ngurah Sadika (54), maestro seni Bondres yang dikenal dengan nama panggung "Susik", yang tengah mengalami sakit gagal ginjal dan komplikasi.
"Bapak Gubernur mengirimkan bantuan sejumlah uang yang disampaikan lewat tim respons cepat Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali dengan harapan dapat meringankan beban keluarga dan pengobatan Susik," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra, di Denpasar, Selasa.
Dewa Mahendra mengatakan tim respons cepat telah menjenguk Ngurah Sadika hari ini, Selasa (6/3). Ketika dijenguk, "Susik" terbaring lemah di Ruang Hemodialisa RSUD Buleleng karena harus menjalani cuci darah.
Sedangkan sang istri Ni Luh Rening (46) yang saat itu mendampingi, mengatakan bahwa "Susik" saat ini tengah mengalami sakit komplikasi dan gagal ginjal. Selama enam bulan terakhir ini, Susik harus menepi dari dunia pentasnya karena tak kuasa menahan sakit yang diderita.
"Bapak (Ngurah Sadika) harus menjalani cuci darah sebanyak dua kali seminggu yakni hari Selasa dan Kamis karena sakit komplikasi yang diderita, terakhir Bapak sakit gagal ginjal. Kakinya juga membengkak sekarang," ujar Luh Rening.
Pada kesempatan tersebut, Ngurah Sadika mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Bali yang telah memberikan perhatian kepada dirinya.
Pada hari yang sama, tim juga mengunjungi dan menyampaikan bantuan Gubernur Bali untuk Ketut Sukranis (65), lansia yang hidup sebatang kara tanpa anak, suami maupun keluarga untuk merawatnya.
Dadong Ranis (sebutan sehari-harinya) warga Banjar Dinas Kelod Kauh, Kecamatan Sukasada - Buleleng ini mengalami kebutaan sejak usia dua bulan.
Untuk berteduh Dadong Ranis menempati rumah yang terbuat dari batu bata, berukuran 2x3 meter persegi dan berlantaikan tanah. Atap dapur yang digunakan untuk memasak dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya pun nampak mulai bocor.
Sedangkan usianya yang sudah lanjut membuatnya tidak mampu untuk berbuat banyak, yang mengakibatkan Dadong Ranis hanya mengandalkan belas kasihan dari warga lain untuk memenuhi kebutuhan makannya.
Terkadang untuk mengisi waktunya, Dadong Ranis beternak babi dan ayam yang ada di kamarnya, dan juga menjarit porosan (bahan sesajen) yang kemudian dijual kepada pembeli yang datang langsung ke rumahnya.
Hingga saat ini Dadong Ranis yang tergolong warga kurang mampu belum pernah menerima bantuan dari pemerintah, lantaran terkendala administrasi kependudukan (tidak memiliki KK dan KTP).
Namun, melihat kondisi Dadong Ranis yang seperti ini, kepala dusun setempat menggandeng komunitas sosial untuk menyalurkan bantuan sembako sebagai pemenuhan hidup sehari-harinya.
Selain itu, tim respons cepat Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali juga mengunjungi Made Sih, warga miskin yang berasal dari Banjar Dinas Tenaon, Desa Alasangker, Kabupaten Buleleng.
Sepanjang hidupnya setelah ditinggal mati orangtuanya, Made Sih hidup sebatang kara di atas tanah milik desa adat dan memilih tidak menikah hingga kini.
Di dalam gubuknya yang reot dan beratap bocor, Made Sih berteduh walaupun terkadang tetap harus basah kuyup saat musim hujan tiba. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari Made Sih menjual pupuk dari kotoran sapi dan ngadas sapi (memelihara sapi milik orang lain). (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Bapak Gubernur mengirimkan bantuan sejumlah uang yang disampaikan lewat tim respons cepat Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali dengan harapan dapat meringankan beban keluarga dan pengobatan Susik," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra, di Denpasar, Selasa.
Dewa Mahendra mengatakan tim respons cepat telah menjenguk Ngurah Sadika hari ini, Selasa (6/3). Ketika dijenguk, "Susik" terbaring lemah di Ruang Hemodialisa RSUD Buleleng karena harus menjalani cuci darah.
Sedangkan sang istri Ni Luh Rening (46) yang saat itu mendampingi, mengatakan bahwa "Susik" saat ini tengah mengalami sakit komplikasi dan gagal ginjal. Selama enam bulan terakhir ini, Susik harus menepi dari dunia pentasnya karena tak kuasa menahan sakit yang diderita.
"Bapak (Ngurah Sadika) harus menjalani cuci darah sebanyak dua kali seminggu yakni hari Selasa dan Kamis karena sakit komplikasi yang diderita, terakhir Bapak sakit gagal ginjal. Kakinya juga membengkak sekarang," ujar Luh Rening.
Pada kesempatan tersebut, Ngurah Sadika mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Bali yang telah memberikan perhatian kepada dirinya.
Pada hari yang sama, tim juga mengunjungi dan menyampaikan bantuan Gubernur Bali untuk Ketut Sukranis (65), lansia yang hidup sebatang kara tanpa anak, suami maupun keluarga untuk merawatnya.
Dadong Ranis (sebutan sehari-harinya) warga Banjar Dinas Kelod Kauh, Kecamatan Sukasada - Buleleng ini mengalami kebutaan sejak usia dua bulan.
Untuk berteduh Dadong Ranis menempati rumah yang terbuat dari batu bata, berukuran 2x3 meter persegi dan berlantaikan tanah. Atap dapur yang digunakan untuk memasak dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya pun nampak mulai bocor.
Sedangkan usianya yang sudah lanjut membuatnya tidak mampu untuk berbuat banyak, yang mengakibatkan Dadong Ranis hanya mengandalkan belas kasihan dari warga lain untuk memenuhi kebutuhan makannya.
Terkadang untuk mengisi waktunya, Dadong Ranis beternak babi dan ayam yang ada di kamarnya, dan juga menjarit porosan (bahan sesajen) yang kemudian dijual kepada pembeli yang datang langsung ke rumahnya.
Hingga saat ini Dadong Ranis yang tergolong warga kurang mampu belum pernah menerima bantuan dari pemerintah, lantaran terkendala administrasi kependudukan (tidak memiliki KK dan KTP).
Namun, melihat kondisi Dadong Ranis yang seperti ini, kepala dusun setempat menggandeng komunitas sosial untuk menyalurkan bantuan sembako sebagai pemenuhan hidup sehari-harinya.
Selain itu, tim respons cepat Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali juga mengunjungi Made Sih, warga miskin yang berasal dari Banjar Dinas Tenaon, Desa Alasangker, Kabupaten Buleleng.
Sepanjang hidupnya setelah ditinggal mati orangtuanya, Made Sih hidup sebatang kara di atas tanah milik desa adat dan memilih tidak menikah hingga kini.
Di dalam gubuknya yang reot dan beratap bocor, Made Sih berteduh walaupun terkadang tetap harus basah kuyup saat musim hujan tiba. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari Made Sih menjual pupuk dari kotoran sapi dan ngadas sapi (memelihara sapi milik orang lain). (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018