Denpasar (Antara Bali) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali Gusti Putu Widjera meminta kepada pemerintah provinsi untuk memikirkan merelokasi warga pengungsi Gunung Agung.
"Saya mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Bali melakukan relokasi kepada warga pengungsi Gunung Agung jika sudah selesai erupsi gunung tersebut. Kini baru mengeluarkan debu vulkanik saja dampaknya sudah sampai tanaman di kawasan rawan bencana (KRB) sudah layu dan mengering," kata Gusti Widjera saat rapat gabungan DPRD dengan Gubernur Bali Made Mangku di Denpasar, Senin.
Gusti Widjera mengatakan saat memantau daerah KRB, pihaknya melihat tanaman sekitarnya sekarang sudah mengering akibat debu vulkanik Gunung Agung. Bagaimana jika benar-benar gunung tertinggi itu meletus dipastikan kawasan itu sudah tidak bisa dihuni lagi.
"Oleh karena itu saya mengusulkan kepada gubernur untuk sejak awal memikirkan langkah-langkah relokasi penduduk pascagunung meletus," ucap politikus asal Desa Buyan, Kabupaten Karangasem.
Menurut Gusti Widjera, sekarang saja warga KRB kondisi perekonomiannya sudah merosot, sebab dulu mereka mengandalkan dari pertanian dan beternak hewan, yakni sapi, kambing dan ayam.
"Tetapi sejak bencana alam Gunung Agung mereka harus terpaksa mengungsi, termasuk membawa ternaknya ke daerah pengungsian. Namun hal itu jelas mereka tidak bekerja dan tak lagi memiliki penghasilan tetap untuk kehidupannya," ucapnya.
Ia mengatakan sebagian besar warga pengungsi sekarang sudah menjual ternak karena untuk kebutuhan hidupnya. Walau selama ini sudah mendapatkan bantuan logistik dari para donatur dan pemerintah, tapi tak sepenuhnya bisa bertahan jika mereka tidak punya uang.
"Oleh karena itu mereka akhirnya menjual ternak yang mereka bawa mengungsi. Selain itu mereka juga kesulitan sekarang mencari pakan ternak. Karena dulunya mereka masih sempat mencarikan pakan ke kampung halamannya. Tapi sejak hujan debu vulkanik, kini rumputnya sudah kering," ujar politikus Partai Demokrat ini.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan pihaknya masih memikirkan tanah yang akan dijadikan relokasi para pengungsi Gunung Agung.
"Saya masih memikirkan tanah yang akan dijadikan relokasi. Iya, untuk sementara bisa saja di posko pengungsian. Namun yang saya pikirkan adalah jangka panjang setelah gunung itu meletus," katanya.
Misalnya pengungsi yang berada di UPTD Pertanian di Rendang, Karangasem, bisa saja membangun lokasi yang semi permanen, sesuai dengan program Kementerian PUPR. Tapi itu bukan untuk selamanya.
"Yang sulit adalah relokasi selamanya. Sebab di Bali tanah sangat terbatas. Memang ada langkah relokasi dengan program transmigrasi. Tapi itu pemikiran jangka panjang dan berbagai pertimbangan, agar tidak dikira saya mengusir warga Bali," katanya.***2***
(T.I020/B/I006/I006) 11-12-2017 15:41:42
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Saya mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Bali melakukan relokasi kepada warga pengungsi Gunung Agung jika sudah selesai erupsi gunung tersebut. Kini baru mengeluarkan debu vulkanik saja dampaknya sudah sampai tanaman di kawasan rawan bencana (KRB) sudah layu dan mengering," kata Gusti Widjera saat rapat gabungan DPRD dengan Gubernur Bali Made Mangku di Denpasar, Senin.
Gusti Widjera mengatakan saat memantau daerah KRB, pihaknya melihat tanaman sekitarnya sekarang sudah mengering akibat debu vulkanik Gunung Agung. Bagaimana jika benar-benar gunung tertinggi itu meletus dipastikan kawasan itu sudah tidak bisa dihuni lagi.
"Oleh karena itu saya mengusulkan kepada gubernur untuk sejak awal memikirkan langkah-langkah relokasi penduduk pascagunung meletus," ucap politikus asal Desa Buyan, Kabupaten Karangasem.
Menurut Gusti Widjera, sekarang saja warga KRB kondisi perekonomiannya sudah merosot, sebab dulu mereka mengandalkan dari pertanian dan beternak hewan, yakni sapi, kambing dan ayam.
"Tetapi sejak bencana alam Gunung Agung mereka harus terpaksa mengungsi, termasuk membawa ternaknya ke daerah pengungsian. Namun hal itu jelas mereka tidak bekerja dan tak lagi memiliki penghasilan tetap untuk kehidupannya," ucapnya.
Ia mengatakan sebagian besar warga pengungsi sekarang sudah menjual ternak karena untuk kebutuhan hidupnya. Walau selama ini sudah mendapatkan bantuan logistik dari para donatur dan pemerintah, tapi tak sepenuhnya bisa bertahan jika mereka tidak punya uang.
"Oleh karena itu mereka akhirnya menjual ternak yang mereka bawa mengungsi. Selain itu mereka juga kesulitan sekarang mencari pakan ternak. Karena dulunya mereka masih sempat mencarikan pakan ke kampung halamannya. Tapi sejak hujan debu vulkanik, kini rumputnya sudah kering," ujar politikus Partai Demokrat ini.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan pihaknya masih memikirkan tanah yang akan dijadikan relokasi para pengungsi Gunung Agung.
"Saya masih memikirkan tanah yang akan dijadikan relokasi. Iya, untuk sementara bisa saja di posko pengungsian. Namun yang saya pikirkan adalah jangka panjang setelah gunung itu meletus," katanya.
Misalnya pengungsi yang berada di UPTD Pertanian di Rendang, Karangasem, bisa saja membangun lokasi yang semi permanen, sesuai dengan program Kementerian PUPR. Tapi itu bukan untuk selamanya.
"Yang sulit adalah relokasi selamanya. Sebab di Bali tanah sangat terbatas. Memang ada langkah relokasi dengan program transmigrasi. Tapi itu pemikiran jangka panjang dan berbagai pertimbangan, agar tidak dikira saya mengusir warga Bali," katanya.***2***
(T.I020/B/I006/I006) 11-12-2017 15:41:42
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017