Denpasar (Antara Bali) - PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism Development Corporate/ITDC) Nusa Dua berupaya mempromosikan pariwisata di tengah erupsi Gunung Agung.

"Kami terus melakukan promosi pariwisata, baik dalam kondisi normal sektor pariwisata ini, maupun saat menghadapi bencana erupsi gunung tertinggi di Bali," kata Wakil Direktur Utama ITDC Jatmiko K. Santosa di Nusa Dua, Bali, Kamis.

Ia mengatakan pihaknya dalam melakukan promosi pariwisata dan mendukung program pemerintah ITDC mulai 8 Desember 2017 hingga 14 Januari 2017 menyelenggarakan "Nusa Dua Light Festival" kedua di tahun ini, yang sebelumnya sudah digelar pada bulan Juni-Juli 2017.

"Harapan kami dengan diselenggarakan festival lampu lampion warna-wani ini kunjungan wisatawan terus meningkat. Karena dengan atraksi atau wahana baru ini dipastikan wisatawan lebih tertarik menontonnya," ujarnya.

Jatmiko lebih lanjut mengatakan dalam kegiatan festival tersebut, para pengunjung akan disuguhkan atraksi menarik berbagi lampion, serta atraksi balon terbang yang bisa dinaiki enam orang.

"Jadi, langkah ini sebagai wujud dan upaya mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya ke Pulau Dewata saat menghadapi bencana erupsi Gunung Agung," ucapnya.

Ditanya tingkat hunian hotel di kawasan wisata internasional Nusa Dua, Jatmiko mengatakan memang terjadi penurunan drastis sejak terjadinya erupsi Gunung Agung, terlebih saat Bandar Udara Internasional Gusti Ngurah Rai di tutup sementara karena debu vulkanik tersebut.

"Saya dapat informasi dari pihak hotel-hotel di kawasan Nusa Dua, hunian (akupansi) berkisar 20 persen hingga 30 persen. Namun soal pelayanan terhadap tamu tetap sesuai dengan prosedur. Bahkan jika harus melakukan evakuasi turis, semua hotel sudah siap untuk mengantarkan sampai di tujuan," katanya.

Sementara itu, pemilik Kodang Resto and Bar di Pusat Perbelanjaan Bali Collection Nusa Dua, Rai Armini mengaku kunjungan ke restorannya turun drastis mencapai 80 persen.

"Sejak terjadi penutupan Bandara Ngurah Rai, wisatawan asal Tiongkok yang kebanyakan datang ke restorannya turun drastis. Apalagi saya dapat informasi wisatawan asal China baru akan kembali ke Pulau Dewata per 1 Desember 2017. Ini jelas berpengaruh besar terhadap sektor pariwisata Bali," ucapnya.

Ia mengatakan kalau hari biasa, wisatawan yang datang di kawasan pusat perbelanjaan terlengkap di kawasan Nusa Dua selalu ramai, termasuk juga di restoran yang menyediakan kuliner western (barat) maupun makanan ala China selalu ramai dikunjungi, karena pihaknya juga kerja sama dengan biro perjalanan wisata.

"Namun sekarang mulai sepi. Tapi dengan kondisi seperti ini, karyawan kami tetap bekerja. Mungkin sistemnya kami ubah dengan sistem bergantian," katanya. (*)

Pewarta: Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017