Denpasar (Antara Bali) - Perajin Bali mengimpor mutiara, batu permata dan logam mulia sebagai bahan baku perhiasan, setelah menjadi barang bernilai seni kembali diekspor memenuhi permintaan konsumen luar negeri.
"Pemesan perhiasan dari luar negeri selain membawa rancangan juga termasuk bahan baku berupa perak, permata dan sebagainya sedangkan kami hanya mengerjakan saja," tutur Made Muliarta pengusaha perhiasan perak di Gianyar Rabu.
Pengusaha Bali umumnya mengimpor bahan baku perhiasan dalam jumlah yang disesuaikan dengan pesanan yang dilakukan mitra bisnisnya dari luar negeri, yang nantinya hampir sepenuhnya untuk matadagangan ekspor.
Impor perhiasan berupa yang imitasi sebagian besar mendatangkan dari China dengan harga yang murah, dan barang ini umumnya untuk memenuhi konsumen dalam negeri, karena disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Ia mengatakan, permata bahan baku perhiasan untuk ekspor kembali ada didatangkan dari Thailand, Eropa dan sebagainya, tetapi perhiasan berbahan baku perak yang dipadukan dengan emas banyak menggunakan batu permata dalam negeri.
Permata dalam negeri juga disenangi konsumen luar negeri apalagi turis yang membeli langsung senang memiliki cincin yang berisi permata yang memiliki nilai magis atau kekuatan orang asing ada juga ingin mencobanya, kata dia.
Permata tersebut biasanya merupakan batu lokal yang didatangkan dari Kalimantan dan Sumatera. Banyak juga turis asing mencoba membeli untuk dimilikinya cincin atau gelang bertuah, kata Muliarta.
Impor permata untuk bahan baku perhiasan yang diekspor kembali, hal itu dapat dilihat dari catatan Biro Pusat Statistik Bali, menyebutkan nilai pembelian perhioasan dan permata semala April 2011 hanya seharga 1,2 juta dolar AS.
Sedangkan nilai ekspor mata dagangan yang sejenis dari Bali seharga 8 juta dolar selama April 2011, angka itu naik hingga 58 persen jika dibandingkan bulan yang sama 2010 yang hanya senilai 5 juta dolar.
Dari ekspor perhiasan Bali sebanyak itu masing-masing 23 persen diperdagangan ke Singapura dan Hongkong, menyusul konsumen Amerika serikat sekitar 15 persen dan barang tersebut dijual kembali setelah di negerinya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Pemesan perhiasan dari luar negeri selain membawa rancangan juga termasuk bahan baku berupa perak, permata dan sebagainya sedangkan kami hanya mengerjakan saja," tutur Made Muliarta pengusaha perhiasan perak di Gianyar Rabu.
Pengusaha Bali umumnya mengimpor bahan baku perhiasan dalam jumlah yang disesuaikan dengan pesanan yang dilakukan mitra bisnisnya dari luar negeri, yang nantinya hampir sepenuhnya untuk matadagangan ekspor.
Impor perhiasan berupa yang imitasi sebagian besar mendatangkan dari China dengan harga yang murah, dan barang ini umumnya untuk memenuhi konsumen dalam negeri, karena disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Ia mengatakan, permata bahan baku perhiasan untuk ekspor kembali ada didatangkan dari Thailand, Eropa dan sebagainya, tetapi perhiasan berbahan baku perak yang dipadukan dengan emas banyak menggunakan batu permata dalam negeri.
Permata dalam negeri juga disenangi konsumen luar negeri apalagi turis yang membeli langsung senang memiliki cincin yang berisi permata yang memiliki nilai magis atau kekuatan orang asing ada juga ingin mencobanya, kata dia.
Permata tersebut biasanya merupakan batu lokal yang didatangkan dari Kalimantan dan Sumatera. Banyak juga turis asing mencoba membeli untuk dimilikinya cincin atau gelang bertuah, kata Muliarta.
Impor permata untuk bahan baku perhiasan yang diekspor kembali, hal itu dapat dilihat dari catatan Biro Pusat Statistik Bali, menyebutkan nilai pembelian perhioasan dan permata semala April 2011 hanya seharga 1,2 juta dolar AS.
Sedangkan nilai ekspor mata dagangan yang sejenis dari Bali seharga 8 juta dolar selama April 2011, angka itu naik hingga 58 persen jika dibandingkan bulan yang sama 2010 yang hanya senilai 5 juta dolar.
Dari ekspor perhiasan Bali sebanyak itu masing-masing 23 persen diperdagangan ke Singapura dan Hongkong, menyusul konsumen Amerika serikat sekitar 15 persen dan barang tersebut dijual kembali setelah di negerinya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011