Mangupura (Antara Bali) - Pengurus Subak Segempel, Desa Bongkasa Pertiwi, Badung, Bali, mengeluhkan pengerjaaan proyek bendungan air di daerah itu yang menghambat aliran air menuju subak-subak setempat.
"Saya berharap pengerjaan proyek ini tidak mengganggu aktivitas pengairan di subak Segempel yang saat ini sedang membutuhkan air," kata Ketua (Pekaseh) Subak Sengempel Wayan Setiawan di Mangupura, Rabu.
Ia mengatakan, pengerjaan proyek yang menghabiskan anggaran Rp7,8 miliar ini memang sudah dicarikan solusi dari pemerintah daerah setempat dengan membuat saluran irigasi baru guna mengairi sawah milik anggota subak setempat, namun air yang mengalir disaluran irigasi ini masih tersendat.
Wayan Setiawan mengharapkan, dinas terkait saat melakukan penataan dan pembangunan tetap memperhatikan kondisi saluran air, sehingga tidak mengganggu aktivitas subak.
"Saat ini kami keseulitan mendapatkan air dan sebagian anggota subak ada yang mengeluh karena air sangat sedikit," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung, I.B Surya Suamba mengatakan, terkait masalah air irigasi tersebut pihaknya sudah melakukan rapat (paruman) dengan anggota (krama) subak.
"Krama subak awalnya sudah memaklumi hal ini untuk dilakukan buka tutup saluran irigasi karena proses pelaksanaan proyek ini," ujarnya.
Ia mengakui, pengerjaan proyek bendungan air ini dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung dengan Nomor SPK 610/07.VI/04/SDA/2017, dimana pengerjaan dilakukan tertanggal 7 Juni 2017 di Desa Bongkasa Pertiwi.
Untuk biaya pengerjaan proyek ini menelan anggaran Rp7,8 miliar bersumber dari APBD Badung 2017. Waktu pelaksanaan 195 hari kalender dengan kontraktopr PT. Undagi Jaya Mandiri dan konsultan pengawas CV. Prema Wangun Jaya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Saya berharap pengerjaan proyek ini tidak mengganggu aktivitas pengairan di subak Segempel yang saat ini sedang membutuhkan air," kata Ketua (Pekaseh) Subak Sengempel Wayan Setiawan di Mangupura, Rabu.
Ia mengatakan, pengerjaan proyek yang menghabiskan anggaran Rp7,8 miliar ini memang sudah dicarikan solusi dari pemerintah daerah setempat dengan membuat saluran irigasi baru guna mengairi sawah milik anggota subak setempat, namun air yang mengalir disaluran irigasi ini masih tersendat.
Wayan Setiawan mengharapkan, dinas terkait saat melakukan penataan dan pembangunan tetap memperhatikan kondisi saluran air, sehingga tidak mengganggu aktivitas subak.
"Saat ini kami keseulitan mendapatkan air dan sebagian anggota subak ada yang mengeluh karena air sangat sedikit," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung, I.B Surya Suamba mengatakan, terkait masalah air irigasi tersebut pihaknya sudah melakukan rapat (paruman) dengan anggota (krama) subak.
"Krama subak awalnya sudah memaklumi hal ini untuk dilakukan buka tutup saluran irigasi karena proses pelaksanaan proyek ini," ujarnya.
Ia mengakui, pengerjaan proyek bendungan air ini dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung dengan Nomor SPK 610/07.VI/04/SDA/2017, dimana pengerjaan dilakukan tertanggal 7 Juni 2017 di Desa Bongkasa Pertiwi.
Untuk biaya pengerjaan proyek ini menelan anggaran Rp7,8 miliar bersumber dari APBD Badung 2017. Waktu pelaksanaan 195 hari kalender dengan kontraktopr PT. Undagi Jaya Mandiri dan konsultan pengawas CV. Prema Wangun Jaya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017