Surabaya (Antara) - Kepala Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif menyampaikan bahwa Pancasila merupakan titik temu, titik pijak dan titik tuju bagi bangsa Indonesia.
"Pancasila adalah titik temu yang memungkinkan segala warna bersatu, titik pijak yang menjadi landasan hukum, serta titik tuju ke mana bangsa ini diarahkan," ujarnya di sela diskusi Bhinneka Satu bertajuk "Pancasila BUKAN PancaSILAM" di House of Sampoerna Surabaya, Minggu.
Menurut aktivis dan cendekiawan muda tersebut, tanpa Pancasila maka bangsa Indonesia tak ada yang tahu ke mana akan diarahkan karena memiliki keragaman agama, suku, bahasa hingga budayanya.
Dengan keragaman di Indonesia, kata dia, diakuinya memberikan kekayaan maupun potensi luar biasa bagi bangsa, tapi di sisi lain akan menjadi sebuah masalah jika tak ada titik menyatukannya.
"Titik itulah yang dinamakan Pancasila. Indonesia itu meski bermacam-macam dan berbeda, tapi tetap satu. Semisal, batik memiliki banyak motif asal berbagau daerah, tapi dunia memahami bahwa batik berasal dan merupakan kebanggaan Indonesia, apapun motifnya," ucapnya.
Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid menilai bahwa keragaman sudah bukan waktunya membahas tentang baik atau tidaknya, tapi sebuah keharusan yang ditumbuhkan bagi seluruh masyarakat.
"Ini tidak lepas dari pendiri bangsa. Kita bersyukur pendiri Republik ini betul-betul visioner," kata aktivis yang juga dikenal sebagai sejarawan tersebut.
Sementara itu, pada diskusi yang dimoderatori oleh Direktur Utama LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat tersebut juga menghadirkan Kepala Yayasan Pondok Kasih Hana Amalia Vandayani sebagai pembicara.
Usai diskusi, Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Mindaugas Trumpaitis, secara resmi berkesempatan membuka pameran foto berjudul "Bhinneka Satu" yang menampilkan 72 karya foto menceritakan berbagai peristiwa kehidupan sosial dan budaya.
Tak itu saja, karya foto mengisahkan pluralisme masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga kini juga ditampilkan pada pameran yang digelar memperingati HUT ke-72 RI dan ulang tahun ke-104 PT HM Sampoerna Tbk.
Pameran yang dimulai 28 Agustus hingga 1 Oktober 2017 tersebut terselenggara atas kerja sama "House of Sampoerna" dengan Kantor Berita Antara. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Pancasila adalah titik temu yang memungkinkan segala warna bersatu, titik pijak yang menjadi landasan hukum, serta titik tuju ke mana bangsa ini diarahkan," ujarnya di sela diskusi Bhinneka Satu bertajuk "Pancasila BUKAN PancaSILAM" di House of Sampoerna Surabaya, Minggu.
Menurut aktivis dan cendekiawan muda tersebut, tanpa Pancasila maka bangsa Indonesia tak ada yang tahu ke mana akan diarahkan karena memiliki keragaman agama, suku, bahasa hingga budayanya.
Dengan keragaman di Indonesia, kata dia, diakuinya memberikan kekayaan maupun potensi luar biasa bagi bangsa, tapi di sisi lain akan menjadi sebuah masalah jika tak ada titik menyatukannya.
"Titik itulah yang dinamakan Pancasila. Indonesia itu meski bermacam-macam dan berbeda, tapi tetap satu. Semisal, batik memiliki banyak motif asal berbagau daerah, tapi dunia memahami bahwa batik berasal dan merupakan kebanggaan Indonesia, apapun motifnya," ucapnya.
Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid menilai bahwa keragaman sudah bukan waktunya membahas tentang baik atau tidaknya, tapi sebuah keharusan yang ditumbuhkan bagi seluruh masyarakat.
"Ini tidak lepas dari pendiri bangsa. Kita bersyukur pendiri Republik ini betul-betul visioner," kata aktivis yang juga dikenal sebagai sejarawan tersebut.
Sementara itu, pada diskusi yang dimoderatori oleh Direktur Utama LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat tersebut juga menghadirkan Kepala Yayasan Pondok Kasih Hana Amalia Vandayani sebagai pembicara.
Usai diskusi, Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Mindaugas Trumpaitis, secara resmi berkesempatan membuka pameran foto berjudul "Bhinneka Satu" yang menampilkan 72 karya foto menceritakan berbagai peristiwa kehidupan sosial dan budaya.
Tak itu saja, karya foto mengisahkan pluralisme masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga kini juga ditampilkan pada pameran yang digelar memperingati HUT ke-72 RI dan ulang tahun ke-104 PT HM Sampoerna Tbk.
Pameran yang dimulai 28 Agustus hingga 1 Oktober 2017 tersebut terselenggara atas kerja sama "House of Sampoerna" dengan Kantor Berita Antara. (*)
Editor : Edy M Yakub
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017