Bangli (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengirimkan bantuan untuk Ni Wayan Santiari, seorang siswi dari Desa Bunutin, Kabupaten Bangli, yang menjadi korban tabrak lari empat tahun silam.
"Bapak Gubernur menitipkan bantuan berupa uang tunai untuk meringankan beban keluarga Santiari. Harapannya, semoga semakin banyak orang-orang yang terketuk hatinya untuk turut membantu meringankan beban keluarga ini," kata Kepala Seksi Media Cetak Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Nyoman Darsana di sela-sela menyerahkan bantuan tersebut, di Bangli, Jumat.
Menurut Darsana, kabar mengenai keadaan Santiari yang beredar melalui media sosial, telah menyita perhatian Gubernur Bali sehingga menugaskan tim pemprov setempat untuk menyampaikan bantuan kepada siswi kelas IX SMP itu.
Dalam kunjungan tersebut, Sarma, ayah Santiari menuturkan bahwa kecelakaan tragis itu terjadi saat dirinya bersama istri dan Santiari yang masih duduk di bangku SD, hendak pergi ke Hardys Gianyar dengan menggunakan sepeda motor.
Saat berada di perempatan sekitar pukul 22.00 Wita, dirinya menjadi korban tabrak lari oleh pengendara mobil yang tidak bertanggung jawab. Sarma mengalami patah tulang di bagian kaki, Santiari juga mengalami patah tulang kaki kanannya, sedangkan ibunya meninggal di tempat.
Setelah kecelakaan tersebut, Santiari sudah mendapatkan perawatan untuk pemasangan pen dan telah dilakukan delapan kali operasi serta perawatan lainnya secara rutin.
Namun karena keterbatasan biaya, perawatan tersebut tidak dapat dilanjutkan dengan memadai. Pen yang seharusnya dibuka enam bulan lalu terpaksa sampai saat ini belum ditangani karena tidak memiliki biaya operasi.
Sementara itu, Sekretaris Desa Bunutin mengatakan keluarga Sarma masuk dalam daftar KK Miskin. Dengan kondisi anaknya seperti itu, Sarma terpaksa tidak bisa bekerja karena harus mengantar-jemput dan menunggu Santiari di sekolah.
Meskipun menggunakan alat bantu tongkat untuk berjalan, namun beberapa hal harus mendapat bantuan ayahnya.
Keterbatasan yang dialaminya tidak membuatnya patah semangat, Santiari tetap melanjutkan sekolahnya.
"Santiari merupakan anak yang cerdas, sangat cerdas. Santiari ini selalu mendapatkan juara kelas, mendapat Juara III dikarenakan tidak bisa mengikuti praktik olahraga mengingat kondisinya. Walau begitu Santiari dapat mengikuti aktivitas belajar-mengajar di dalam kelas dan Santiari dimasukkan ke dalam kategori siswa inklusi umum," ujar Kepala SMPN 3 Bangli Nengah Suardana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Bapak Gubernur menitipkan bantuan berupa uang tunai untuk meringankan beban keluarga Santiari. Harapannya, semoga semakin banyak orang-orang yang terketuk hatinya untuk turut membantu meringankan beban keluarga ini," kata Kepala Seksi Media Cetak Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Nyoman Darsana di sela-sela menyerahkan bantuan tersebut, di Bangli, Jumat.
Menurut Darsana, kabar mengenai keadaan Santiari yang beredar melalui media sosial, telah menyita perhatian Gubernur Bali sehingga menugaskan tim pemprov setempat untuk menyampaikan bantuan kepada siswi kelas IX SMP itu.
Dalam kunjungan tersebut, Sarma, ayah Santiari menuturkan bahwa kecelakaan tragis itu terjadi saat dirinya bersama istri dan Santiari yang masih duduk di bangku SD, hendak pergi ke Hardys Gianyar dengan menggunakan sepeda motor.
Saat berada di perempatan sekitar pukul 22.00 Wita, dirinya menjadi korban tabrak lari oleh pengendara mobil yang tidak bertanggung jawab. Sarma mengalami patah tulang di bagian kaki, Santiari juga mengalami patah tulang kaki kanannya, sedangkan ibunya meninggal di tempat.
Setelah kecelakaan tersebut, Santiari sudah mendapatkan perawatan untuk pemasangan pen dan telah dilakukan delapan kali operasi serta perawatan lainnya secara rutin.
Namun karena keterbatasan biaya, perawatan tersebut tidak dapat dilanjutkan dengan memadai. Pen yang seharusnya dibuka enam bulan lalu terpaksa sampai saat ini belum ditangani karena tidak memiliki biaya operasi.
Sementara itu, Sekretaris Desa Bunutin mengatakan keluarga Sarma masuk dalam daftar KK Miskin. Dengan kondisi anaknya seperti itu, Sarma terpaksa tidak bisa bekerja karena harus mengantar-jemput dan menunggu Santiari di sekolah.
Meskipun menggunakan alat bantu tongkat untuk berjalan, namun beberapa hal harus mendapat bantuan ayahnya.
Keterbatasan yang dialaminya tidak membuatnya patah semangat, Santiari tetap melanjutkan sekolahnya.
"Santiari merupakan anak yang cerdas, sangat cerdas. Santiari ini selalu mendapatkan juara kelas, mendapat Juara III dikarenakan tidak bisa mengikuti praktik olahraga mengingat kondisinya. Walau begitu Santiari dapat mengikuti aktivitas belajar-mengajar di dalam kelas dan Santiari dimasukkan ke dalam kategori siswa inklusi umum," ujar Kepala SMPN 3 Bangli Nengah Suardana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017