Denpasar (Antara Bali) - Kota Singaraja, Bali utara, mengalami deflasi sebesar 0,64 persen pada bulan Juni 2017 dipicu oleh turunnya indeks bahan makanan sebesar 3,29 persen.
"Komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain cabai rawit, daging ayam ras, bawang merah, beras, bawang putih, layang (benggol), jeruk, cabai merah, tongkol pindang, sawi hijau, tepung terigu dan bayam," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, selama bulan puasa hingga Idul Fitri 1438 Hijriah baru kali ini beberapa komoditas lain harganya juga menurun seperti salak, kacang panjang dan pepaya,
Sementara komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain tarif listrik, ketimun, angkutan antarkota, rokok putih, buncis, tongkol (ambu-ambu), pisang, kecambah, teri segar, daging ayam kampung, telur ayam ras, tomar sayur, gula pasir, cumi-cumi, minuman segar, mie kering instan dan tarif pulsa ponsel.
Adi Nugroho menambahkan, Kota Singaraja, bekas ibu kota Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar 0,64 persen dengan indeks harga konsumen sebesar 136,45.
Inflasi tahun kelender (Janauari-Juni 2017) sebesar 1,00 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun yakni Juni 2017 terhadap Juni 2016 sebesar 3,90 persen.
Sementara enam kelompok lainnya mengalami inflasi yang meliputi kelompok perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar 0,54 persen, kelompok sandang 0,46 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,43 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,38 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,07 persen serta kelompok kesehatan 0,06 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat 79 kota mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 4,48 persen dan inflasi terendah di Merauke 0,12 persen.
Kota Singaraja merupakan deflasi tertinggi dan terendah di Kota Denpasar 0,01 persen, ujar Adi Nugroho. (WadY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain cabai rawit, daging ayam ras, bawang merah, beras, bawang putih, layang (benggol), jeruk, cabai merah, tongkol pindang, sawi hijau, tepung terigu dan bayam," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, selama bulan puasa hingga Idul Fitri 1438 Hijriah baru kali ini beberapa komoditas lain harganya juga menurun seperti salak, kacang panjang dan pepaya,
Sementara komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain tarif listrik, ketimun, angkutan antarkota, rokok putih, buncis, tongkol (ambu-ambu), pisang, kecambah, teri segar, daging ayam kampung, telur ayam ras, tomar sayur, gula pasir, cumi-cumi, minuman segar, mie kering instan dan tarif pulsa ponsel.
Adi Nugroho menambahkan, Kota Singaraja, bekas ibu kota Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar 0,64 persen dengan indeks harga konsumen sebesar 136,45.
Inflasi tahun kelender (Janauari-Juni 2017) sebesar 1,00 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun yakni Juni 2017 terhadap Juni 2016 sebesar 3,90 persen.
Sementara enam kelompok lainnya mengalami inflasi yang meliputi kelompok perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar 0,54 persen, kelompok sandang 0,46 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,43 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,38 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,07 persen serta kelompok kesehatan 0,06 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat 79 kota mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 4,48 persen dan inflasi terendah di Merauke 0,12 persen.
Kota Singaraja merupakan deflasi tertinggi dan terendah di Kota Denpasar 0,01 persen, ujar Adi Nugroho. (WadY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017