Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia memproyeksikan perekonomian di Provinsi Bali pada triwulan ketiga tahun ini tumbuh pada kisaran 6,19-6,59 persen karena didorong peningkatan permintaan dan ketersediaan lapangan usaha.

"Dari sisi permintaan, peningkatan terutama didorong oleh sebagian besar komponen, terutama konsumsi, investasi dan ekspor luar negeri," kats Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana ketika membuka Diseminasi Kajian Ekonomi Regional Bali Mei 2017 di Denpasar, Kamis.

Selain itu, Causa juga menambahkan untuk sisi ketersediaan atau penawaran masyarakat, peningkatan didorong oleh kinerja sebagian besar lapangan usaha utama yaitu lapangan usaha penyediaan konstruksi, akomodasi makan dan minum, perdagangan besar dan eceran, serta transportasi dan pergudangan.

Bila dibandingkan perkiraan kinerja ekonomi Bali pada triwulan II 2017, lanjut dia, berdasarkan berbagai indikator ekonomi regional dan hasil survei, mengindikasikan tendensi peningkatan kinerja perekonomian Bali pada triwulan kedua.

Kinerja ekonomi Bali triwulan II 2017, diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 5,87 hingga 6,27 persen yang didorong sisi permintaan konsumsi baik rumah tangga maupun konsumsi pemerintah dan perbaikan kinerja ekspor luar negeri (barang dan jasa).

Selain itu juga meningkatnya kinerja investasi seiring dengan mulai dilaksanakannya beberapa proyek infrastrukstur pemerintah serta investasi swasta.

Meski demikian, bank sentral tersebut melihat perkembangan ekonomi di Bali keseluruhan selama tahun 2017 melambat yang berada pada kisaran 6,10 sampai 6,50 persen.

Perlambatan selama tahun 2017 tersebut dikontribusikan oleh melambatnya kinerja beberapa komponen yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.

Sementara itu dari sisi inflasi Bali triwulan III 2017, Causa menambahkan perkembangannya masih akan melandai pada kisaran 3,3 persen plus minus satu persen.

Optimisme terjaganya inflasi pada periode tersebut, kata dia, seiring dengan relatif minimnya hari raya keagamaan pada triwulan III 2017.

Meski demikian, masih terdapat potensi tekanan inflasi yang bersumber dari potensi peningkatan permintaan mengingat triwulan III 2017 merupakan periode puncak pariwisata.

Inflasi Bali pada 2017 diperkirakan akan berada dalam kisaran empat plus minus satu persen lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Bali pada 2016 yang mencapai 3,23 persen.

Berdasarkan disagregasinya, tendensi peningkatan inflasi pada 2017 terutama bersumber dari komoditas yang harganya dipengaruhi kebijakan pemerintah atau "administrative price" dan komoditas yang harganya rentan mengalami fluktuasi atau "volatile food".

"Berdasarkan disagregasinya secara tahunan meningkatnya inflasi pada 2017 terutama bersumber dari kelompok `administrative price` dan `volatile food`, sementara itu tekanan kelompok `core inflation` diperkirakan masih stabil," jelasnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017