Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan usaha penggilingan padi di daerah itu masih terganjal dengan kapasitas mesin pengolahan yang kurang memadai.
"Dari sekitar 832 usaha penggilingan padi di Bali, hanya 10 persen yang menggunakan mesin dengan kapasitas penggilingannya besar," kata Wisnuardhana dalam diskusi Evaluasi Program Bali Mandara, di Denpasar, Senin.
Sedangkan 90 persen usaha penggilingan lainnya, masih menggunakan mesin-mesin penggilingan kuno yang maksimal hanya mampu mengolah dua ton gabah di saat musim panen.
"Selain itu, tidak sedikit usaha penggilingan yang izin usahanya sudah mati karena menggunakan mesin yang sudah lama peninggalan zaman Belanda, sedangkan untuk mengajukan izin baru seringkali terganjal penolakan dari masyarakat pendamping yang mengeluhkan kebisingan dan juga polusi dari debu yang dihasilkan," ucapnya.
Oleh karena itu, ujar dia, belum semua produksi gabah petani sekitar 850 ribu ton dalam setahun bisa diolah di Bali. Sekitar setengahnya masih harus digiling di Banyuwangi, Jawa Timur.
"Di samping itu, kadangkala truk-truk yang kembali ke Jawa daripada angkutannya kosong, juga memilih membeli gabah dari para petani di daerah Kabupaten Tabanan dan Jembrana, Bali," katanya.
Menurut Wisnuardhana, kalau saja setengah dari usaha penggilingan padi yang izinnya sudah mati bisa dihidupkan lagi, tentu akan menjadi solusi dari keluhan masyarakat selama ini bahwa Bali belum mampu mengolah gabahnya sendiri.
"Namun izinnya itu menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota dan kami akan membantu untuk mendesaknya," ucapnya.
Dalam diskusi tersebut, Ketua Dewan Perancang Daerah Program Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) IGN Kesuma Kelakan juga menyoroti pengolahan gabah dari Bali yang masih dilakukan di provinsi tetangga itu.
Mantan Wakil Gubernur Bali itu menilai pemerintah daerah belum berani untuk sepenuhnya mengawal hasil produksi pertanian.
"Dari hasil pertemuan kami dengan sejumlah ahli pertanian, direncanakan untuk membuat studi kelayakan (FS) pabrik penggilingan padi berkapasitas besar, khususnya di Kabupaten Tabanan sebagai daerah Lumbung Padinya Bali," ujar Kesuma Kelakan yang juga pentolan di PDI Perjuangan Bali itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Dari sekitar 832 usaha penggilingan padi di Bali, hanya 10 persen yang menggunakan mesin dengan kapasitas penggilingannya besar," kata Wisnuardhana dalam diskusi Evaluasi Program Bali Mandara, di Denpasar, Senin.
Sedangkan 90 persen usaha penggilingan lainnya, masih menggunakan mesin-mesin penggilingan kuno yang maksimal hanya mampu mengolah dua ton gabah di saat musim panen.
"Selain itu, tidak sedikit usaha penggilingan yang izin usahanya sudah mati karena menggunakan mesin yang sudah lama peninggalan zaman Belanda, sedangkan untuk mengajukan izin baru seringkali terganjal penolakan dari masyarakat pendamping yang mengeluhkan kebisingan dan juga polusi dari debu yang dihasilkan," ucapnya.
Oleh karena itu, ujar dia, belum semua produksi gabah petani sekitar 850 ribu ton dalam setahun bisa diolah di Bali. Sekitar setengahnya masih harus digiling di Banyuwangi, Jawa Timur.
"Di samping itu, kadangkala truk-truk yang kembali ke Jawa daripada angkutannya kosong, juga memilih membeli gabah dari para petani di daerah Kabupaten Tabanan dan Jembrana, Bali," katanya.
Menurut Wisnuardhana, kalau saja setengah dari usaha penggilingan padi yang izinnya sudah mati bisa dihidupkan lagi, tentu akan menjadi solusi dari keluhan masyarakat selama ini bahwa Bali belum mampu mengolah gabahnya sendiri.
"Namun izinnya itu menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota dan kami akan membantu untuk mendesaknya," ucapnya.
Dalam diskusi tersebut, Ketua Dewan Perancang Daerah Program Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) IGN Kesuma Kelakan juga menyoroti pengolahan gabah dari Bali yang masih dilakukan di provinsi tetangga itu.
Mantan Wakil Gubernur Bali itu menilai pemerintah daerah belum berani untuk sepenuhnya mengawal hasil produksi pertanian.
"Dari hasil pertemuan kami dengan sejumlah ahli pertanian, direncanakan untuk membuat studi kelayakan (FS) pabrik penggilingan padi berkapasitas besar, khususnya di Kabupaten Tabanan sebagai daerah Lumbung Padinya Bali," ujar Kesuma Kelakan yang juga pentolan di PDI Perjuangan Bali itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017