Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di
Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 15 poin menjadi
Rp11.982 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.997 per dolar AS.
"Setelah sempat stagnan di awal perdagangan sesi pagi, rupiah
kembali berada dalam area negatif. Mayoritas mata uang di Asia juga
mengalami tekanan, menunjukan sentimen global cukup negatif," kata
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Sauda, Rully Nova di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan saat ini pasar keuangan global tengah khawatir dari
sentimen rencana AS yang akan kembali melakukan serangan ke ISIS di
Irak. Di sisi lain, konflik geopolitik antara Ukraina dan Rusia kembali
memanas.
"Hal tersebut membuat kekhawatiran perbaikan ekonomi global akan
kembali terhambat sehingga berdampak negatif pada mata uang di
negara-negara berkembang, seperti rupiah," katanya.
Dari dalam negeri, ia menambahkan bahwa sentimen pembayaran cicilan
utang luar negeri di akhir triwulan III 2014 juga masih menjadi
sentimen negatif bagi rupiah. Kondisi itu membuat kebutuhan dolar AS di
dalam negeri meningkat.
Dalam laman BI disebutkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada
akhir Juli 2014 tercatat sebesar 290,6 miliar dolar AS, meningkat
dibandingkan posisi akhir Juni 2014 sebesar 284,9 miliar dolar AS.
Posisi
utang luar negeri itu terdiri dari ULN sektor publik sebesar 134,2
miliar dolar AS (46,2 persen dari total ULN) dan ULN sektor swasta 156,4
miliar dolar AS (53,8 persen).
"Diharapkan adanya penerbitan aturan hedging untuk transaksi valas oleh Bank Indonesiadapat meredam pelemahan nilai tukar rupiah," katanya.(WDY)
Kurs Rupiah Bergerak ke Posisi Rp11.982 Jumat
Jumat, 19 September 2014 10:50 WIB