La Union, Kolombia/Chapeco, Brasil (Antara Bali) - Berdasarkan
komunikasi terakhir yang terekam, pilot pesawat yang jatuh di Kolombia
membawa delegasi tim sepak bola Brasil Chapecoense, melakukan panggilan
radio bahwa dia kehabisan bahan bakar dan dalam keadaan darurat.
Kecelakaan pesawat yang terjadi Senin tengah malam itu menewaskan 71 orang dan mengguncang sepak bola dunia.
Hanya
enam orang yang selamat dalam penerbangan maskapai carteran Bolivia
LAMIA itu, termasuk tiga pemain Chapecoense yang saat itu dalam
perjalanan menuju pertandingan paling bersejarah mereka, final Copa
Sudamericana.
"Nona, LAMIA 933 dalam gangguan total, gangguan
elektronik total, tanpa bahan bakar," kata sang pilot dari Bolivia
bernama Miguel Quiroga kepada seorang operator perempuan menara pengawas
udara di bandara Medellin.
"Darurat bahan bakar, nona," sambung dia kemudian meminda izin mendarat darurat.
Fakta
ini selaras dengan kesaksian seorang kopilot sebuah pesawat Avianca
yang terbang bersamaan dengan pesawat jatuh itu yang mengaku mendengar
pesawat LAMIA melaporkan kehabisan bahan bakar dan harus mendarat.
"Mayday mayday ...Bantu kami menemukan runway
...Tolong, tolong," kata kopilot bernama Juan Sebastian Upegui itu
mengulangi apa yang didengarnya dari pilot LAMIA yang kemudian dikutip
media massa Kolombia. "Lalu berhenti...Kami semua (yang mendengar
komunikasi pilot LAMIA) menangis."
Alfredo Bocanegra, kepala
otoritas penerbangan sipil, mengatakan rekaman itu bisa digunakan
sebagai bagian dari penyelidikan, dan Upegui bisa disebut saksi mata.
Pesawat BAe 146 buatan BAE Systems Plc itu menabrak gunung, demikian Reuters. (WDY)
Tragedi Chapecoense, Pesawat Jatuh Karena Kehabisan Bahan Bakar
Kamis, 1 Desember 2016 8:26 WIB