Miami, Florida (Antara Bali) - Pesawat antariksa Amerika Serikat pertama
yang dirancang untuk mengumpulkan debu dari sebuah asteroid dan membawa
pulang sampel tersebut ke Bumi lepas landas dari Cape Canaveral,
Florida, Kamis (8/9), untuk menjalankan misi tujuh tahun guna mengungkap
asal tata surya.
Menurut Badan Aeronautika dan Antariksa Amerika
Serikat (NASA), pesawat nirawak yang disebut OSIRIS-REx itu diluncurkan
pukul 19.05 dari Cape Canaveral, tempat sekitar 8.000 orang berkumpul
untuk menyaksikan roket Atlas V yang membawanya meluncur ke langit
petang yang cerah.
Misi berbiaya 800 juta dolar AS (sekitar
Rp10,45 triliun) tersebut sekarang melakukan perjalanan menuju Bennu,
asteroid seukuran sebuah gunung yang berada dekat dengan Bumi.
Bennu
dipilih dari sekitar 500 ribu asteroid di tata surya karena mengorbit
dekat jalur Bumi mengelilingi matahari, memiliki ukuran yang tepat untuk
penelitian ilmiah dan merupakan salah satu asteroid tertua yang
ditemukan NASA.
Tujuan utama OSIRIS-REx adalah mengumpulkan debu
dan serpihan permukaan Bennu pada 2020, dan kembali ke Bumi pada 2023
untuk penelitian lebih lanjut menurut warta kantor berita AFP.
Jika
semua berjalan sesuai rencana, OSIRIS-REx akan tiba pada Agustus 2018
dan menghabiskan dua tahun selanjutnya untuk memotret dan memetakan
permukaan asteroid guna lebih memahami komposisi kimia dan mineralnya,
serta memilih lokasi pengambilan sampel.
Pada Juli 2020, pesawat
itu akan menyentuh asteroid hanya selama tiga detik untuk mengumpulkan
sedikitnya 60 gram batuan dan debu menggunakan perangkat yang disebut Touch-and-Go Sample Acquisition Mechanism dan menyimpan materi itu dalam kapsul pengembalian sampel.
Pesawat
itu akan berangkat meninggalkan asteroid pada Maret 2021 dan melakukan
perjalanan dua setengah tahun untuk kembali ke Bumi pada September 2023.
Tapi
OSIRIS-REx tidak akan mendarat. Dia akan memancarkan satu kapsul kecil
berisi sampel asteroid, yang akan mendarat dengan bantuan parasut di Utah Test and Training Range, barat daya Salt Lake City, Amerika Serikat.
Pesawat utama akan tetap berada di orbit sekitar matahari sampai sampel kembali dan melintasi Bumi.
"Pengembalian
sampel sungguh merupakan garis terdepan dalam penjelajahan planet,"
kata peneliti utama OSIRIS-REx, Dante Lauretta dari University of
Arizona.
"Ini akan menjadi harta karun materi bagi para ilmuwan," katanya seperti dikutip kantor berita Xinhua.
"Kami
harap sampel-sampel ini akan mengandung molekul organik dari awal tata
surya yang bisa memberi kita informasi dan petunjuk tentang asal
kehidupan," tambah dia.
Para ilmuwan sebelumnya selama puluhan
tahun mempelajari potongan asteroid dalam bentuk meteorit, tapi semuanya
dengan cepat terkontaminasi ketika jatuh ke Bumi menurut Lauretta.
Ia mengatakan pengembalian sampel dari asteroid primitif akan memungkinkan analisis akurat yang tidak bisa dilakukan di darat.
Perjalanan
tujuh tahun OSIRIS-REx juga akan membantu mempelajari bagaimana orbit
Bennu terdampak apa yang disebut efek Yarkovsky, dorongan yang tercipta
ketika asteroid menyerap cahaya matahari dan melepaskan kembali panas
itu sebagai radiasi infra merah, dengan harapan bisa lebih memahami
bahaya batuan antariksa dekat Bumi terhadap Bumi.
Bennu yang
berdiameter 492 meter digolongkan sebagai objek yang berpotensi bahaya
dengan 1 banding 2.700 peluang mempengaruhi Bumi pada abad ke-22.
Lauretta mengatakan orbitnya berubah sampai 160 kilometer karena efek Yarkovsky sejak ditemukan pada 1999.
"Kami
sungguh ingin memahami fenomena ini, jadi kami bisa lebih memahami
asteroid Bennu menerapkan pemahaman itu pada semua asteroid, tidak di
antariksa dekat Bumi, tapi di seluruh tata surya," katanya.
Pesawat
pengirim sampel asteroid pertama adalah Hayabusa 1 dari Jepang, yang
sukses membawa kembali ribuan butir debu dari asteroid 25143 Itokawa
setelah perjalanan antriksa tujuh tahun.
Penerusnya, Hayabusa-2, yang meluncur 2014, sekarang dalam perjalanan menuju asteroid 1993 JU3 pada Juni 2018.(WDY)
NASA Luncurkan Pesawat Pengumpul Debu Asteroid
Jumat, 9 September 2016 13:30 WIB