Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menginginkan adanya penambahan kuota siswa yang diterima di SMA dan SMK Bali Mandara mengingat banyaknya jumlah pelamar yang tidak bisa tertampung.
"Dari sekian pelamar, yang tidak diterima begitu banyak, saya merasa sangat sedih. Yang penting yang diterima itu dengan kriteria miskin, jadi harus dipilih yang paling miskin setelah itu baru mengarah ke prestasi," kata Pastika saat menerima Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru SMA dam SMK Bali Mandara, di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, kriteria prestasi bukan dianggap tidak penting, namun terkadang kondisi tidak mampu yang menghimpit sebagian besar pelamar tersebut terkadang menjadi penyebab kebodohan. Sehingga penambahan kuota siswa baru pun dianggap perlu dilaksanakan.
"Jika banyak kondisinya tidak mampu seperti itu bagaimana bisa pintar, bisa baca saja sudah syukur, tetapi kalau pintar itu merupakan anugerah dan tetap kita dukung. Jika kita bisa mendidik orang miskin dan bodoh menjadi pinter itu baru luar biasa, itu baru prestasi. Jadi kalau bisa kita harus pikirkan ini, kalau masih ada kemungkinan agar mereka bisa ditampung lebih banyak, jika memang tidak bisa jangan dipaksakan," ujarnya.
Terkait sejumlah kendala yang timbul dalam penambahan kuota penerimaan siswa baru tersebut pun diharapkan Gubernur Pastika bisa ditanggulangi, seperti kurangnya wisma sebagai tempat tinggal para siswa, selain masih cukupnya anggaran logistik jika kuota ditambah.
"Jika kuota ditambah, apa saja kira-kira kendalanya. Jika untuk logistik saya rasa cukup, anggaran pendidikan itu 20 persen dari keseluruhan anggaran, anggaran yang sangat besar, apa lagi yang kita kasih makan itu orang kurang mampu, harus kita prioritaskan. Mungkin untuk wismanya kita alihkan ke beberapa ruangan yang belum terpakai, dan kalau sudah pasti bisa ditambah nanti tahun 2017 kita rencanakan lagi pembangunan wisma yang baru," ucapnya.
Tidak hanya dalam bentuk pendidikan, sebagian anak-anak yang dinyatakan diterima di sekolah itu yang berasal dari keluarga tidak mampu itu pun akan mendapatkan bantuan bedah rumah.
Pendataan para siswa sebelumnya sudah melalui peninjauan langsung ke lokasi berupa program home visit oleh panitia, sehingga kebenaran data yang ada sangat valid serta didukung bukti foto kondisi rumah dan keluarga mereka. "Saya rasa data ini bisa ikut membantu pendataan KK miskin di Bali, untuk selanjutnya bisa diusulkan mendapatkan bantuan bedah rumah. Tolong datanya nanti dikumpulkan, bantuan bedah rumah segera akan dikerjakan," ucapnya.
Menurut dia, SMA/SMK Bali Mandara yang mengutamakan pembentukan karakter para siswa melalui pendidikan tersentralisasi dalam wisma, terbukti sangat bagus dalam pembentukan watak sehingga para siswa bisa menata dirinya agar berperilaku lebih disiplin, jujur, dan sebagainya.
Namun di era kemajuan teknologi saat ini, Pastika pun menyampaikan Bali tetap perlu mengadopsi sistem sekolah berbasis teknologi. Sekolah-sekolah ke depannya bisa menerapkan peralatan elektronik dalam interaksi antara guru dengan siswanya dalam membahas pelajaran, sehingga tidak terpaku ruang kelas.
"Belajar tidak hanya di ruang kelas, ke depan bisa diadopsi cara belajar dengan teknologi, asalkan masing-masing siswa bisa punya laptop dan bisa beli paket data internet bisa belajar dimana saja, ujian pun mereka bisa ikuti dimana pun mereka berada, asalkan ada password, dan ditetapkan batas waktu. Sehingga jika melewati batas waktu yang ditentukan mereka tidak bisa buka lagi. Mungkin ini perlu perlu dipikirkan metode penerapannya," ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMA Bali Mandara, I Nyoman Darta, dalam laporannya menyampaikan total pelamar SMA dan SMK Bali Mandara mencapai 745 orang. Dari pelamar sebanyak itu, yang bisa lulus Tes Kemampuan Dasar (TKD) total 413 orang, yang terbagi pada SMA bali Mandara sebanyak 202 orang dan SMK Bali Mandara sebanyak 211 orang.
Setelah melalui proses program bootcamp, akhirnya dinyatakan lolos penerimaan siswa baru sebanyak 224 orang anak, yakni untuk SMA Bali Mandara sebanyak 96 orang dan SMK Bali Mandara sebanyak 128 orang.
Ia pun menyampaikan dari keseluruhan siswa yang diterima, ditentukan berdasarkan ketentuan komposisi 80 persen dari jalur miskin potensi akademik, dan 20 persen jalur miskin non akademik.
Tidak hanya menerima siswa dengan fisik normal, salah seorang murid yang diterima pun diakuinya mengalami kelainan fisik berupa gangguan penglihatan. Dari data yang ada, siswa yang diterima mayoritas berasal dari Kabupaten Buleleng sebanyak 32,3 persen dan paling sedikit berasal dari Kabupaten Klungkung sebanyak 5,2 persen. (WDY)
Pastika Inginkan Penambahan Kuota SMA Bali Mandara
Rabu, 22 Juni 2016 7:05 WIB