Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Kamis pagi melemah 51 poin menjadi Rp13.438
dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.387 per dolar AS.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di
Jakarta, Kamis mengatakan maraknya sentimen mengenai rencana bank
sentral AS (The Fed) akan menaikan suku bunga acuan pada Juni tahun ini
menjadi salah satu faktor yang menekan mata uang rupiah terhadap dolar
AS di pasar valas.
"Salah satu pejabat The Fed memberi sinyal kenaikan suku bunga AS
menyusul laju inflasi serta beberapa data ekonomi di Negeri Paman Sam
itu cenderung membaik," ucapnya.
Ia mengemukakan bahwa risalah Komisi Pasar Berbas Federal (FOMC)
pada April lalu menunjukkan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga
lebih awal dari yang diperkirakan tahun ini jika perekonomian AS terus
membaik.
Situasi itu, lanjut dia, meredam sentimen positif yang muncul dari
dalam negeri mengenai potensi pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank
Indonesia (BI rate) dalam Rapat Dewan Gubernur pada Kamis ini (19/5).
"Dalam RDG BI, pasar memperkirakan ada stimulus tambahan dari
regulator dalam rangka mendorong pertumbuhan makroekonomi sehingga
sempat menopang laju rupiah pada beberapa hari terakhir. Akan tetapi,
sentimen FOMC menahan laju rupiah," ujarnya.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan
bahwa The Fed berpotensi menaikkan suku bunga pada Juni mendatang jika
terjadi peningkatan pada PDB kuartal II 2016, inflasi, dan pasar tenaga
kerja.
"Sentimen itu mendorong dolar AS untuk bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah," katanya.(WDY)
Rupiah Kamis Melemah Menjadi Rp13.438
Kamis, 19 Mei 2016 13:44 WIB