Hong Kong (Antara Bali) - Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap
Mongolia, Soegeng Rahardjo, mengatakan bahwa Tiongkok harus memegang
komitmennya untuk bertetangga secara damai, mewujudkan "kebangkitan
damai" dalam mengembangkan Jalur Sutera Maritim Abad 21.
"Di era ketergantungan saat ini kerja sama hanya akan lahir
dari situasi keamanan yang stabil dan damai," katanya, dalam pidato
pembukaan simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Asia-Osenia
bertajuk "Ketahanan dan Pemberdayaan Kemaritiman Indonesia: Menuju Poros
Kekuatan Maritim Dunia", di Hong Kong, Sabtu.
Diplomat karir Kementerian Luar Negeri RI itu mengemukakan,
sebagai kekuatan kedua terbesar ekonomi dunia, termasuk di kawasan,
Tiongkok memiliki peran dan andil dalam mendukung upaya terciptanya
situasi yang kondusif di kawasan.
Ia mengemukakan, peluncuran Jalur Sutera Maritim Abad 21 yang
digagas Presiden Tiongkok Xi Jinping di Indonesia, pada kunjungan
kenegaraannya Oktober 2013, menandakan Tiongkok melihat Indonesia
sebagai mitra utama dalam gagasan tersebut, terlebih lagi Indonesia juga
mengembangkan visi kemaritiman yang luas melalui Poros Maritim.
"Seharusnya ini dapat menjadi peluang kerja sama maritim yang
luas, yang saling menguntungkan kedua negara," kata Soegeng.
Namun, lanjut dia, masih banyak pihak yang meragukan sinergitas
antara Jalur Sutra Maritim Abad 21 Tiongkok dengan Poros Maritim Dunia
yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Sebagian pihak, masih melihat aktivitas maritim Tiongkok
sebagai ancaman. Terkait ini, kita sebaiknya dapat melihat isu dan
perkembangan yang terjadi, secara lebih komprehensif, sehingga potensi
ancaman itu dapat diubah menjadi peluang kerja sama yang saling
menguntungkan," ungkap diplomat yang pernah bertugas di Jenewa, Swiss,
itu.
Ia menjelaskan, Jalur Sutera Maritim Abad 21 yang digagas
Tiongkok tidak sekadar ditujukan membangun konektivitas di perairan
kawasan, yang menggabungkan Asia dengan Timur Tengah, dan Afrika.
Jalur
Sutera Maritim tersebut akan bertemu dengan Jalur Sutera Darat, dan
menciptakan akses yang luar biasa potensial bagi kerja sama ekonomi
antara Asia dan Eropa.
Perkembangan tersebut, dinilainya, seharusnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Indonesia dapat memperluas pasar ekspornya ke Asia Tengah dan Eropa melalui sinergitas kedua jalur tersebut," katanya.
Negara lain, seperti Jepang, Korea Selatan dan Malaysia, telah
memproyeksikan kerja sama ekonominya di jalur tersebut, yakni
memanfaatkan daerah-daerah barat Tiongkok, seperti Provinsi Shaanxi,
Chongqing, Yunnan dan Sichuan, untuk membuka akses perdagangan dan
investasi ke kawasan mereka, ujar Soegeng.
Ia menambahkan, produk Indonesia yang biasanya menuju Eropa
melalui Samudra Hindia, yang memakan waktu cukup lama, saat ini dapat
memanfaatkan jalur alternatif darat melalui Tiongkok dan Asia Tengah.
Simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Asia-Osenia
bertajuk Ketahanan Dan Pemberdayaan Kemaritiman Indonesia: Menuju Poros
Kekuatan Maritim Dunia, diikuti seluruh perwakilan PPI di kawasan
Asia-Oseania dan dihadiri Konsul Jenderal RI di Guangzhou, Ratu Selvi
Gayatri, Konsul Jenderal RI Hong Kong, Chalief Akbar Tjandranigrat,
Atase Pendidikan KBRI Beijing, Priyanto, dan pihak Universitas Hong
Kong. (WDY)
Tiongkok Harus Komitmen dengan "Kebangkitan Damai"
Sabtu, 9 April 2016 13:13 WIB