Jakarta (Antara Bali) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi nasional pada Maret 2016 sebesar 0,19 persen.
"Inflasi ini cukup terkendali karena pemerintah mampu mengendalikan harga," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Jumat.
Sementara inflasi tahun kalender dari Januari sampai Maret 2016 tercatat 0,62 persen dan laju inflasi secara tahunan (year on year) 4,45 persen.
Inflasi inti tercatat mencapai 0,21 persen pada Maret dan inflasi inti secara tahunan 3,5 persen.
Pada Maret, kelompok bahan makanan menyumbang inflasi 0,69 persen dan kelompok sandang 0,55 persen.
"Masih ada komoditas yang menyumbang inflasi, seperti ikan yang diawetkan, sayur-sayuran, bumbu-bumbuan serta lemak dan hewan nabati," jelas Suryamin.
Penyumbang inflasi lainnya adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,36 persen); kelompok kesehatan (0,3 persen); serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,03 persen).
Sementara penyumbang deflasi pada Maret yakni kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,22 persen) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,07 persen).
"Deflasi ini dipengaruhi oleh penurunan harga daging ayam ras, beras, tarif listrik, tarif angkutan udara, bensin Pertamax dan alat-alat elektronik," kata Suryamin.
Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), 58 kota menyumbang inflasi dan 24 kota mengalami deflasi pada Maret.
Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan (1,22 persen). Inflasi tertinggi terjadi di Bukittinggi (1,18 persen) dan inflasi terendah di Tangerang, Yogyakarta, Malang dan Singkawang masing-masing 0,02 persen.
"Dari 58 kota inflasi, hanya satu kota yang inflasinya di atas satu persen. Di 57 kota lain, inflasinya berada pada kisaran nol hingga satu persen," jelas Suryamin. (WDY)