Karangasem (Antara Bali) - Ritual Usaba Kaulu Pecaruan Agung digelar di Dusun Asak, Desa Timbrah, Kecamatan Karangasem, Bali, sebagai perlambang keseimbangan dan mencapai kemakmuran di seluruh jagad.
"Ritual itu digelar setahun sekali, sesuai dengan adat yang sudah diwariskan leluhur, dengan tujuan untuk mendapatkan keseimbangan di seluruh jagad raya," kata Bendesa Adat Asak Jro Dukuh Ketut Suta di Dusun Asak, Kamis.
Usaba Kaulu diadakan setiap tahun di Dusun Asak Kangin. Sejak pagi, penduduk Asak menggunakan busana adat dan memenuhi sisi jalan untuk melangsungkan ritual pecaruan.
Pada dusun yang dihuni 1.327 jiwa ini, penduduk tidak ada yang berani melanggar untuk tidak menyelenggarakan dikarenakan khawatir nanti ada hal-hal kurang baik menimpa warga desa, seperti musibah atau kejadian tak diinginkan lainnya.
Tahapan upacara dimulai dengan kegiatan jaga-jaga, "ngiterin" atau berkeliling di wilayah desa, "ngewangun" batang pisang, nedunin Bhatara dan `nyepeg sampi".
"Ngewangun" batang pisang setinggi sekitar 2,5 meter dan dihiasi dengan janur, "lis", "lamak", pis bolong dan banten, untuk menghormati leluhur dan persembahan Siwa Reringgiting Guru.
"Puncak upacara adalah kegiatan nyepeg sampi, yang menggunakan sapi jantan hitam mulus. Tidak boleh ada sedikitpun warna lain di tubuh sapi itu. Harga sapi yang digunakan untuk upacara kali ini adalah Rp16,7 juta," ujarnya.
Sapi yang digunakan upacara, dibeli oleh teruna dusun dari hasil mengolah lahan kebun seluas lima hektare. Lahan itu ditanami berbagai jenis palawija dan sayur-sayuran. Hasil panen kebun itu kemudian dikumpulkan sebagai kas dan setiap tahun digunakan untuk membeli sapi untuk persembahan upacara.
setelah sapi dikelilingkan tiga kali di wilayah Pura Patokan, maka dua orang teruna melukai sapi menggunakan senjata yang disebut Belakas Pancadatu.
Sapi kemudian dihela keluar pura dan mulai berlarian mengitari wilayah dusun. Saat itu para teruna dusun mengejar dan berebutan `nyepeg` sapi.
"Arah lari sapi memiliki makna sendiri. Utara melambangkan kebusuran, selatan adalah kemakmuran dan kebijaksanaan, timur ialah aliran kebahagiaan dan barat adanya kegelapan alam. Tadi sapi berlari ke arah selatan, itu artinya jagad kita akan makmur dan diwarnai kebijaksanaan," ujar Jro Dukuh menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem I Wayan Purwa menyatakan upacara tradisional Usaba Kaulu merupakan ritual adat yang tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat Asak, Karangasem.
Dikatakan dia, upacara Usaba Kaulu yang berlangsung setahun sekali bertepatan bulan `kaulu` sekitar bulan Januari atau Februari, bisa menjadi atraksi wisata dengan berbagai keunikannya.
"Dengan keunikan ini, maka upacara keagamaan seperti Usaba Kaulu dimasukkan dalam bentuk buku kalender wisata di Kabupaten Karangasem," katanya. (WDY)