Denpasar (Antara Bali) - Wisatawan Australia gemar berwisata spiritual dengan mengunjungi pura-pura di berbagai wilayah di Bali, untuk menggali kedalaman latar belakang sejarah di balik keberadaan bangunan suci itu.
"Sebenarnya sudah lebih dari 20 tahun lalu, animo turis asing khususnya Australia, terhadap pura-pura di Bali sudah terlihat. Hanya saja, sejak lima tahun terakhir, animo berwisata spiritual ke pura-pura itu makin meningkat," kata salah seorang pramuwisata Wayan Candra, Kamis.
Pura-pura yang paling diminati wisatawan asing untuk dikunjungi, ucap dia, meliputi Pura Besakih, Batur, Tanah Lot, Uluwatu dan Batukaru. Meski demikian, tak menutup kemungkinan pura-pura lain pun di-"request" wisatawan sebagai objek kunjungan.
Candra mengemukakan, ketika tiba di pura, wisatawan asing biasanya lebih dulu menikmati pemandangan di sekitar pura, melihat-lihat panorama alam di seputar pura. Baru setelah itu melihat-lihat bagian bangunan dan menanyakan latar belakang sejarah di balik keberadaan pura itu, serta nama-nama bangunan di dalamnya.
"Misalnya kalau tamu diajak berkunjung ke Besakih turis suka heran, mengapa pura sebesar itu , ketika Gunung Agung meletus bisa selamat dan tidak mengalami kerusakan. Atau ketika berkunjung ke Jati Luwih atau Batukaru, turis sering bertanya, mengapa di atas gunung bisa didirikan pura? Kalau ke Batukaru, penjelasan bisa panjang karena pura itu merupakan tempat yang amat disakralkan dan setiap odalan, sesuhunan berupa barong-barong akan melakukan prosesi dalam suatu ritual. Ini merupakan pemandangan yang luar biasa bagi wisatawan asing," ucap lelaki asal Tanah Ampo, Karangasem.
Candra melanjutkan, sebenarnya selain dari Australia, wisatawan mancanegara lain penikmat wisata spiritual umumnya berasal dari Jepang, Eropa dan Amerika Serikat. Mayoritas penikmat wisata ke pura-pura berusia di atas 50 tahun.
Dalam seminggu, Candra bisa lima hari secara terus menerus menangani tamu ke pura-pura, jika sedang `high season`. Namun kalau sedang sepi, paling tidak dalam seminggu, Candra membawa dua rombongan keluarga untuk berpiknik. Satu rombongan biasanya terdiri dari 4-5 orang yang merupakan pasangan orang tua dan anak-anaknya.
Mengenai tarif, Candra menyatakan wisatawan yang menggunakan jasanya sebagai guide sekaligus sopir dikenakan biaya Rp500 ribu - Rp600 ribu per hari, yang menggunakan waktu selama delapan jam.
Selama lebih dari 20 tahun bergelut di bidang pariwisata, dikatakan Candra belum ada kendala berarti yang ditemui. Justru dirinya senang menekuni pekerjaan di bidang wisata, karena bisa membuatnya berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia. (WDY)