Singaraja (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali,
mengintensifkan pemanfaatan bank sampah, sebuah program pengelolaan
terintegrasi di mana masyarakat dapat menjual sampah plastik kepada
pemerintah.
"Program ini sudah berjalan sejak awal 2015 dan telah berhasil
mengumpulkan sebanyak 60 ton sampah plastik dari masyarakat," kata
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Buleleng, Nyoman Genep, di
Singaraja, Rabu.
Ia menjelaskan, bank sampah diberi nama "Kedas Buleleng" telah
berbadan hukum organisasi sebagai wadah untuk membina, mengumpulkan dan
pengelolaan sampah rumah tangga.
Genep menambahkan, peran bank sampah sagat membantu Pemkab dalam
mengurangi volume sampah yang ada di kabupaten terluas di Bali itu,
terutama di tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan
akhir (TPA), dimana saat ini sampah yang dibawa ke TPA Bengkala
berjumlah 258,46 m/hari.
"Hal ini juga sebagai upaya merubah cara pandang dan perilaku
masyarakat terhadap sampah, dimana dahulu sampah dijauhi atau dimusuhi,
sekarang didekati dengan mengolah dan memanfaatkannya serta menjadi
rupiah dengan ditabung," kata dia sembari menyatakan diharapkan
masyarakat nantinya tidak membuang sampah disembarang tempat, terutama
pada sungai dan saluran drainase.
Lebih lanjut, ia menambahkan, dari sisi aspek sosial, akan muncul
rasa kepedulian dan kegotong-royongan masyarakat di masing masing daerah
dan kelurahan untuk membentuk lingkungannya menjadi bersih dan sejuk.
Bukan hanya itu saja, kata dia, terdapat pendidikan lingkungan pada
masyarakat dan siswa-siswa sekolah yang tergabung dalam nasabah bank
sampah akan mengetahui bahaya dari sampah yang tidak terolah dan manfaat
sampah dari pengelolaan sampah yang langsung dari sumber (rumah
tangga).
Dikatakan, manajemen bank sampah adalah nasabah yang terdiri dari
individu yang langsung ke kantor bank sampah juga terbentuk dalam Unit
Bank Sampah Kedas Buleleng yang sampahnya diambil di lokasi misalnya
sekolah, perkantoran, kelompok dan lain- lain.
"Untuk pembentukan unit bank sampah untuk masyarakat minimal adalah
20 orang atau dikoordinir oleh kepala desa setempat, untuk perkantoran
dikoordinir oleh kepala dinas melalui tenaga kebersihannya, dan untuk
sekolah adalah minimal 40 orang terdiri dari siswa, guru, pegawai atau
yang dikordinir kepala sekolah Setempat," kata dia.
Selain itu, Genep memaparkan, sampah yang diambil hanya sampah yang
dipilah sesuai dengan jenis sampah yang ditentukan dan kompensasi
(harga) sampah akan disesuaikan dengan jenis sampah. "Biasanya untuk
sampah plastik, satu kantong besar dihargai Rp1,350," imbuhnya.
Di sisi lain, Genep menegaskan untuk mewujudkan program-program
pemkab terkait dengan kebersihan dan tata kelola pertamanan dalam kota,
perlu mendapatkan dukungan penuh masyarakat di daerah itu.
"Kami berharap masyarakat ikut mendukung program kebersihan yang ada
sehingga tercipta suasana kota yang bersih dan nyaman menuju program
Buleleng bebas sampah plastik," kata dia.
Genep menambahkan, pihaknya rutin berkoordinasi dengan camat, kepala
desa, pengusaha swasta, sekolah sekolah menyosialisasikan program
kebersihan sehingga dapat dipahami dengan baik dan diaplikasikan semua
kalangan.
"Kami juga rutin bekerja sama dengan RRI dan beberapa radio swasta
yang ada di Singaraja memberikan pemahanan mengenai pengelolaan sampah,
terutama sekali terkait dengan waktu (timing) membuang sampah di tempat
pembuangan sampah sementara (TPST)," paparnya.
Selain itu, kata dia, pihaknya kini menambah beberapa "kontainer",
tempat sampah berukuran besar di beberapa titik penting di dalam kota.
"Kami sudah menambah di daerah Panji-Tukadmungga, perempatan Panji,
pintu masuk Kota Singaraja di Jalan Ahmad Yani dan beberapa tempat
lain," kata dia sembari menyatakan akan segera menambah tempat sampah
besar di dalam kota Singaraja. (WDY)
Pemkab Intensifkan Bank Sampah Jaga Kebersihan Kota
Rabu, 18 November 2015 13:11 WIB