Jakarta (Antara Bali) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyatakan bahwa jumlah "hotspot" atau titik api sebagai indikator
kebakaran hutan dan lahan di Indonesia telah menurun secara signifikan.
"Hotspot menurun secara signifikan," kata Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Sabtu.
Dia menambahkan, jika sebelumnya jumlah titik api sering mencapai ribuan sekarang hanya ratusan.
"Misalnya pada tanggal 24 Oktober terdapat 2.218 hotspot di
Indonesia, namun pada Sabtu 31 Oktober hanya 402 hotspot," ucapnya.
Dia menambahkan, jarak pandang juga mengalami peningkatan signifikan.
"Jika sebelumnya rata - rata kurang dari 500 meter, namun saat ini sudah menjauh," ujarnya, menjelaskan.
Dia menyebutkan, jarak pandang di Padang empat kilometer, Pekanbaru
tujuh kilometer, Jambi 2,8 kilometer, Palembang 800 meter, Pontianak
dua kilometer, Palangkaraya 1,5 kilometer dan Banjarmasin 6 kilometer.
Sementara itu, BNPB kembali menaburkan garam untuk mengintensifkan
operasi hujan buatan di wilayah kebakaran hutan dan lahan.
"Sebanyak 284,9 ton garam ditaburkan untuk hujan buatan," tuturnya.
Dia menambahkan, sesuai dengan prediksi BMKG bahwa tanggal 26
hingga 31 Oktober 2015 intensitas hujan dan awan-awan potensial mulai
meningkat di Sumatera dan Kalimantan.
"Untuk mempercepat dan meningkatkan intensitas hujan, maka Pemerintah mengintensifkan operasi hujan buatan," tandasnya. (WDY)
"Hotspot" di Indonesia Menurun Signifikan
Sabtu, 31 Oktober 2015 21:00 WIB