Denpasar (Antara Bali) - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU ) Celukan Bawang, Buleleng, Bali berjalan lancar yang dikerjakan dalam dua fase untuk mengatasi masalah kekurangan energi listrik di daerah tujuan wisata itu.
"Pada pase pertama didirikan tiga unit generator dengan daya listrik 3x142 MW, namun yang sudah beroperasi baru dua unit sedangkan satu lainnya beroperasi Agustus 2015 sambil menunggu selesainya saluran udara tegangan tinggi (SUTT)," ujar Direktur Engineering PT General Energy Bali (GEB), Chen Zen di Celukan Bawang, Kamis.
Sedangkan, pada pase kedua, kata dia, akan dibangun dua unit lagi yang kini masih tahapan kajian termasuk pembebasan lahan yang nantinya mampu menghasilkan daya listrik 300 MW, sehingga bila pembangunan pase pertama dan kedua selesai mampu membebaskan masyarakat Bali dari kekurangan energi listrik.
Ia menjelaskan, pembangunan PLTU Celukan Bawang berbahan bakar batubara, sebagai PLTU terbesar di luar Tiongkok yang digarap China Huadian Engineering Co.LTD, berdampak signifikan bagi peningkatan hubungan kerjasama Tiongkok-Indonesia, khususnya Bali untuk memenuhi kebutuhan energi listriknya.
"Bagi Indonesia PLTU Celukan Bawang bermakna terpenuhinya kebutuhan listrik masyarakat Bali dan proyek PLTU ini di masa depan akan memberikan sumbangan bagi terbentuknya sistem kelistrikan regional, karena setelah projek pase kedua beroperasi bisa juga mensuplai ke Jawa atau provinsi tetangganya," ujarnya.
Ia menyatakan, terkait kemampuan daya PLN Divisi Regional Bali mencapai 850 MW dengan beban puncak 781 MW, karena itu dengan rampungnya PLTU Celukan Bawang kebutuhan listrik masyarakat terpenuhi termasuk untuk kebutuhan industri terutama kepariwisataan.
Wang Zhihao, Deputy General Manager Engineering China Huadian Engineering Co.LTD menjelaskan, PLTU Celukan Bawang yang berlokasi 150 kilometer (km) utara Denpasar, Ibu Kota Provinsi Bali ini didirikan dengan mengadopsi arsitek dan nilai nilai kearifan Bali yang terlihat dari bentuk bangunan pabrik.
Sedangkan sebagai pulau wisata berkelas dunia, menurut dia, PLTU Celukan Bawang didirikan dengan konsep ramah lingkungan, meski mengunakan bahan bakar batubara, namun tidak ada partikel debu melayang ke udara karena sudah membangun sejumlah gudang batubara yang sangat tertutup dilengkapi sistem pengamanan yang ketat.
Ia menjelaskan, PLTU Celukan Bawang dibangun di atas lahan 80 hektar, namun baru 60 hektar lahan yang bisa dibebaskan sehingga nantinya lokasi PLTU ini bukan hanya bersih dan luas, tetapi unsur material bangunan yang dipasang juga tertata rapi, menyatu dalam seni arsitektur mengagumkan sehingga kelihatan menarik, apalagi berhadapan langsung dengan laut lepas (pelabuhan).
Selain itu, yang menarik adalah bangunan pabrik yang sedemikian tinggi dan lebar tidak dilakukan finishing, pengecatan atau penghalusan, tetapi sudah langsung kelihatan halus, bersih dan rapi karena sentuhan teknologi tinggi, sedangkan lingkungan sekeliling pabrik lebih mirip objek pariwisata yang bersih dan asri.
Total tenaga kerja yang dilibatkan dalam pembangunan PLTU ini mencapai 1.500 orang, namun setelah beroperasi penuh memerlukan tenaga kerja 500 orang untuk mengeoperasikan mesin dan perawatan yang didominasi tenaga-tenaga ahli Tiongkok.
"Pada gilirannya dilakukan alih teknologi secara bertahap agar semuanya bisa dikerjakan masyarakat Bali, minimal lima tahun ke depan 70 persen tenaga operator dikerjakan orang Bali sendiri, sedangkan sekarang 20 sampai 30 persen sudah dikerjakan bangsa Indonesia karena teknologinya tinggi, sehingga alih teknologi perlu bertahap," demikian Wang Zhihao. (WDY)