Tengah malam di atas ketinggian 250 meter dari permukaan laut, udara terasa sangat menggerahkan. Sesaat rinai hujan yang menyinggahi wilayah perbukitan pada sore hari menghapus dahaga bumi.
Pada musim panas dengan suhu udara rata-rata 35 derajat Celsius membuat penduduk Taiwan takbetah lama-lama berada di dalam rumah. Bagi mereka, musim panas identik dengan liburan seiring dengan berakhirnya program pendidikan.
Tempat-tempat pelesiran, baik pantai maupun pergunungan, pada akhir pekan selalu dipadati orang. Penduduk Taiwan gemar melakukan aktivitas pelesiran di ruang terbuka. Oleh sebab itu, pemerintah Taiwan menyediakan ruang terbuka dalam bilangan tidak terbatas meskipun dataran rendah di Pulau Formosa itu hanya 30 persen karena selebihnya bukit berbatu.
Yilan County merupakan salah satu kabupaten di Taiwan yang menjadi tujuan utama wisatawan, baik domestik maupun asing. Selain memiliki beberapa pantai karena lokasinya berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik yang membentang luas memisahkan tiga benua, Yilan juga punya wilayah perbukitan dengan beragam jenis tanaman.
Mudahnya akses transportasi dari Ibu Kota Taiwan di Taipei yang berjarak sekitar 60 kilometer juga menjadikan Yilan sebagai salah satu destinasi wisata favorit.
Apalagi untuk menuju Yilan, ada banyak pilihan moda transportasi. Penumpang bus atau kendaraan bermotor lainnya akan mendapatkan pengalaman menerobos Snow Montain sepanjang 12,9 kilometer sebagai terowongan terpanjang kedua di Asia.
Bagi pengguna kereta api, juga tidak perlu kecewa karena mata akan dimanjakan oleh deburan ombak Samudra Pasifik yang melambai-lambai di sisi timur. Belum lagi pemandangan khas perbukitan yang hijau di sisi barat.
Syahdan, perjalanan ke Yilan bagaikan menyusuri dua alam sekaligus, perbukitan dan pantai, dengan kenyamanan tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.
"Morning Call"
Jarum jam masih menunjuk angka 3. Namun, "morning call" sudah berdering. Tidak biasanya memang, "morning call" sedini itu. Namun, sangat berarti bagi umat Islam yang menjalani puasa pada esok harinya.
Taklama kemudian terdengar ketukan pintu dari pramusaji. Sebakul nasi, tiga butir telur rebus, sepiring kacang goreng kupas ditambah oseng-oseng terung yang tertata rapi di di atas meja terasa lebih dari cukup untuk santap sahur.
"Morning call" itulah yang disediakan pihak Shangrila Leisure Farm Hotel untuk membangunkan tamunya yang menjalani ibadah puasa pada esok harinya.
Pihak hotel sadar bahwa di Taiwan yang mayoritas penduduknya bukan Muslim tidak akan terdengar suara azan atau tarhim (seruan untuk memberi tanda bahwa waktu sudah menjelang subuh) penggugah sahur.
"Oleh sebab itu, kami menyiagakan staf untuk membangunkan tamu kami yang hendak makan sahur agar bisa tetap puasa pada saat liburan di sini," kata Chang Ping, IT Deputy Shangrila Leisure Farm Hotel, di Yilan, Jumat (26/6).
Makanan yang disajikan pun dijamin kehalalannya. "Umat Islam tidak perlu ragu dengan makanan kami," ujarnya seraya menunjukkan sertifikat halal yang dikeluarkan Asosiasi China Muslim (CMA) Taiwan yang terpasang di dinding restoran hotel tersebut.
Karena sudah mendapat supervisi dari CMA, wadah dan tempat makan khusus untuk tamu yang beragama Islam pun berbeda dengan yang lain.
Bahkan, untuk memudahkan tamu beragama Islam, pihaknya memasang tanda petunjuk kiblat di setiap kamar hotel, berikut dengan jadwal dan perangkat alat shalat.
"Bagi tamu yang bukan beragama Islam memang terasa aneh. Kami tidak segan-segan memberikan penjelasan," ujarnya mengenai petunjuk arah yang terbuat dari kayu berukiran aksara Arab di plafon kamar.
Selain di Shangrila Leisure Farm Hotel, hal yang sama juga terdapat di Shangrila Boutique Hotel. Boleh jadi, kedua hotel yang dibangun oleh Chang Ching Lai--petani sukses di perbukitan Yilan--itu merupakan satu-satunya jaringan hotel berbasis syariah di Taiwan.
Keluarga besar Chang Ching Lai bukanlah pemeluk agama Islam, apalagi belajar tentang Islam. Dia menganggap semua agama mengajarkan kebaikan.
"Bukan karena sekarang bulan puasa, lantas kami memberikan pelayanan khusus kepada umat Islam," ujar Ping, anak kedua Ching Lai, yang bertanggung jawab atas operasional Shangrila Leisure Farm Hotel.
Ching Lai merintis usaha perhotelan sejak 14 tahun yang lalu. Namun, baru empat tahun terakhir dia mengembangkan hotel tersebut berbasis syariah.
"Kami merasa perlu memberikan perhatian kepada tamu-tamu kami yang beragama Islam dengan memudahkan mereka beribadah dan membantu menyediakan makanan yang benar-benar sesuai dengan ajaran mereka," kata Ping.
Upaya yang dilalukan itu justru memperluas segmentasi hotel tersebut karena bukan semata menawarkan sensasi pelesiran, melainkan juga menghapus keraguan tamu Muslim akan kehalalan makanan yang disajikan.
"Apalagi, sekarang ini setiap hari ada penerbangan langsung dari Dubai ke Taipei. Peluang ini perlu kami manfaatkan," ujar sarjana teknologi informatika dari salah satu perguruan tinggi di Taiwan itu.
Shangrila Boutique Hotel yang berlokasi di No 15 Gongyuan II Road, Wuchen Township, Yilan County, terdapat 72 kamar. Hotel tersebut juga dilengkapi kapel untuk pesta pernikahan bagi umat Nasrani.
Sementara itu, Shangrila Leisure Farm Hotel yang ada di atas perbukitan Yilan tepatnya di No 168, Meishan Road, Dahjin, Dongshan, terdapat 100 kamar.
Hotel tersebut berada di tengah-tengah kebun raya yang dikembangkan oleh Ching Lai sejak puluhan tahun lalu. Mata pengunjung akan dimanjakan oleh pemandangan hijau dan menyegarkan dengan aneka ragam tanaman yang terbentang di atas lahan seluas 150.000 meter persegi.
Dari gazebo di atas puncak perbukitan, pengunjung juga bisa menatap langsung lembah Yilan. Pada malam harinya, setiap pengunjung mendapat kesempatan mengikuti pesta kembang api, aneka jenis permainan tradisional, dan menerbangkan lampion.
Tingkat okupansi kedua hotel tersebut rata-rata 70 persen. Selain dari Taiwan, tamu hotel tersebut merupakan wisatawan dari Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Pakistan, dan beberapa negara di Timur Tengah. (WDY)
Penggugah Sahur Khas Shangrila Yilan
Sabtu, 27 Juni 2015 17:29 WIB