Jakarta (Antara Bali) - Greenpeace meluncurkan empat film dokumenter bertemakan Silent Heroes untuk mendukung kampanye "100 Persen Indonesia".
Empat film pendek ini ingin menyentil pemerintah yang dianggap Greenpeace kurang serius menangani persoalan pencemaran, keadilan energi untuk anak bangsa, konflik lahan, dan perlindungan sumber kesejahteraan masyarakat dibandingkan dengan kepentingan perusahaan.
Film ini dimulai dari kisah Een Irawan Putra yang menunjukkan betapa kritisnya Ciliwung yang selama ini menjadi sumber air baku masyarakat Jakarta dan sekitar.
"Kita ingin berbuat, semampu kami sebagai warga negara dengan bermodalkan keikhlasan waktu dengan meluangkan tiga jam perminggu. Jika itu dilakukan oleh seluruh warga negara maka selesai masalah lingkungan," kata Een di Jakarta Jumat malam.
Film pendek kedua bercerita tentang Suku Dayak Iban di Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang diselimuti kegelapan di malam hari. Masyarakat Sui Utik yang hidup dengan mempertahankan budaya serta hutan adatnya, dihadiahi nol elektrifitas oleh pemerintah.
Kemudian film dilanjutkan dengan cerita Opung Putra yang berjuang mempertahankan Hutan Kemenyan di Desa Padumaan dan Sipituhuta yang menjadi sumber kesejahteraan masyarakat adat sejak 13 generasi lalu.
Film ditutup dengan kisah Mama Dian yang tak gentar pada aparat yang menakut-nakuti masyarakat dengan muntahan senapan saat menolak pertambangan di Pulau Bangka, Sulawesi Utara.
"Kita ingin refleksikan, banyak hal dari empat film tadi. Tapi yang saya garis bawahi itu adanya hubungan gelap yang menjadi kebiasaan buruk, relasi antara pemerintah dan pengusaha yang melahirkan perbuatan atau kebiasaan buruk seperti menggusur, merusak. Dan masalah ini harus diselesaikan," kata Arifsyah Nasution, Juru Kampanye Greenpeace Indonesia menjelaskan alasan pembuatan film pendek bertemakan 'Silent Heroes'.
"Kita melihat masih ada harapan dan nilai-nilai yang masih bisa diperjuangkan bersama. Dan ternyata banyak pejuang yang jauh dari liputan media," tambahnya lagi.
Kampanye 100 Persen Indonesia itu mencoba mendesak pemerintah untuk membangun pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
"Kami ingin pastikan kepada Presiden Terpilih Jokowi harus berani untuk membuktikan bahwa salah satu aspek dari revolusi nyata ialah dengan meruntuhkan kebiasaan buruk tadi," tutup Arifsyah. (WDY)