Bekasi (Antara Bali) - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mulai merintis pencanangan nasional Sekolah Toleransi dalam rangka meningkatkan semangat nasionalisme pelajar.
"Saat ini sedang ramai isu keberadaan kelompok radikal untuk merekrut pelajar jadi anggotanya. Sebagai bentuk respons Polri, kami mengambil langkah antisipasi dalam bentuk Sekolah Toleransi berbentuk kegiatan berdasarkan Pancasila," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Drs Ronny Sampy, dalam sambutannya yang disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Div Humas Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, di Bekasi, Kamis.
Sekolah Toleransi rintisan perdana diterapkan di SMAN 13 Kota Bekasi, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (14/8) melalui penandatanganan plakat oleh Perwakilan Mabes Polri dan Pemerintah Kota Bekasi.
Menurut dia, Polri menargetkan akan ada 400 hingga 500 sekolah per tahun yang akan menerapkan program serupa di Indonesia.
"Program ini menghadirkan dokter-dokter Pancasila dari kalangan pelajar yang akan mengobati segala bentuk keluhan pasiennya dengan resep yang telah terangkum dalam setiap butir Pancasila," katanya.
Dalam praktiknya, kata dia, Sekolah Toleransi merupakan pengembangan dari Bimbingan Konseling sekolah yang memungkinkan siswa menjalin komunikasi tidak hanya sebatas pada rekannya, tetapi juga kepolisian, pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan lainnya.
"Para dokter Pancasila itu akan diberikan pemahaman dan ilmu seputar menangani persoalan umum pada masyarakat oleh para praktisi terkait," katanya.
Menanggapi program tersebut, Wakil Wali Kota Bekasi, Ahmad Syaikhu, mengaku bangga SMAN 13 terpilih sebagai sekolah perdana penerapan program tersebut di Indonesia.
"Saya bangga Kota Bekasi menjadi proyek percontohan sebagai bentuk amanah untuk menyebarkan kebaikan ke sekolah lainnya," katanya.
Dikatakan Syaikhu, Sekolah Toleransi ini diyakini dapat menangkal perilaku radikal yang belakangan marak di tengah anak muda, khususnya kaum pelajar. "Sebab, yang menjadi fondasi dari penyembuhannya adalah pengenalan butir Pancasila sejak dini," katanya.