Denpasar (Antara Bali) - Setelah pertukaran seniman dalam program "Myanmar-Indonesia Art Exchange 2010" sukses digelar di Yangon, direncanakan pertemuan sejenis digelar di Bali pada tahun 2011.
"Seniman Myanmar ingin melakukan kunjungan balasan tahun depan, sambil menguatkan jaringan antar seniman kedua negara. Kami siap menggelar pertemuan itu," kata Perupa Nyoman Sujana Kenyem kepada wartawan di Denpasar, Sabtu,
Sujana mengatakan, lewat program tersebut banyak memberikan pengalaman kepada seniman antara kedua negara.
"Selain pameran bersama, selama sepekan di Yangon, kami berinteraksi intens melalui simposium, workshop, dan mengunjungi galeri, museum, serta pusat-pusat seni dan kebudayaan," katanya.
Acara yang diselenggarakan New Zero Art Space, Yangon, Myanmar tersebut dimaksudkan guna lebih mendekatkan seniman kedua negara, agar saling memahami latar belakang budaya masing-masing dengan kesadaran dan semangat keasiatenggaraan.
Menurutnya, minat pegiat seni di Myanmar dalam belajar sangat tinggi, ditambah antusiasme "menjemput bola" terhadap kegiatan berskala regional maupun internasional.
New Zero misalnya memiliki kantor dan perpustakaan yang juga digunakan untuk sosialisasi seni rupa kontemporer melalui berbagai kegiatan bagi masyarakat umum.
Untuk pendanaan, lanjut Kenyem, mereka tak segan mengajukan proposal kepada yayasan dari berbagai negara.
Meski kondisi negerinya dipimpin oleh junta militer, namun memberi nuansa tersendiri baik dalam karya maupun sikap para seniman.
"Seniman di sana belum sebebas di sini untuk bisa mengekspresikan diri, karena masih ada sensor dari pemerintah sebelum pembukaan pameran," ucapnya.
Dicontohkan bagaimana ketatnya pengawasan negara tersebut terhadap karya seniman. Setiap karya diteliti tim pemerintah, agar tidak ada yang berbau pornografi atau menyinggung masalah politik negeri itu.
Pameran yang di antaranya dihadiri Dubes RI untuk Myanmar Sebastianus Sumarsono, kemudian dibuka untuk umum. "Seniman di sana enggan protes secara frontal terhadap perlakukan rezim ini. Mereka lebih baik melakukan cara lain yakni memperbanyak kegiatan untuk penguatan kompetensi," kata dia.
Sementara Antonius Kho yang juga ikut dalam program itu mengatakan, puluhan seniman anggota New Zero Art Space yang menjadi penggerak seni kontemporer di Myanmar, aktif melakukan residensi, pameran, dan kegiatan di luar negeri.
"Ketika ditawarkan Bali sebagai lokasi program berikutnya, pendiri New Zero Aye Ko langsung menyetujui," sebut Kho.
Direktur Program New Zero Kaung Su memastikan akan mengirimkan sejumlah seniman ke Bali pada 2011.
Ia berharap koleganya di Bali menjadi mitra stretegis pengembangan program ke depan serta membangun jaringan antar seniman yang lebih luas lagi di negara-negara ASEAN.(*)