Negara (Antara Bali) - Peternak bebek di Kabupaten Jembrana kesulitan mendapatkan bibit hewan tersebut, dan mengeluhkan harganya yang melambung tinggi.
"Sudah satu bulan terakhir kami sulit mencari bibit, kalaupun dapat harganya tinggi, sehingga kami tidak mampu membeli banyak," kata Nyoman Bawa, salah seorang peternak bebek, Kamis.
Menurutnya, untuk bibit dengan umur 1 bulan, harganya mencapai Rp9000 hingga Rp10.000 setiap ekor.
"Padahal sebulan lalu, harga bibit dengan umur yang sama, hanya Rp4000 hingga Rp5000. Kondisi ini jelas menyulitkan kami, dan berpotensi merugikan peternak karena belum tentu, saat bebek tersebut dewasa harga jualnya sepadan dengan modal," ujarnya.
Ia menduga, kelangkaan bibit bebek ini imbas dari kebijakan Pemerintah Provinsi Bali yang melarang masuknya unggas dari Jawa, sementara produksi lokal tidak memadai.
Karena harga bibit yang mahal ini, Bawa yang biasanya bisa memelihara 1000 ekor, kini hanya mampu 500 ekor.
"Saat ini harga bebek dewasa sedang bagus, mudah-mudahan sampai bibit ini dewasa harganya tetap seperti itu," katanya.
Menurutnya, beternak bebek di Bali sangat potensial, karena permintaan konsumen yang tinggi, baik untuk dikonsumsi maupun sebagai sarana upacara keagamaan.
I Gede Astika Negara, salah seorang pengepul bebek mengatakan, meskipun saat ini harga bebek dewasa mencapai Rp38 ribu setiap ekor, permintaan pasar tidak menurun.
"Saya saja kewalahan untuk memenuhi pesanan bebek. Sayang, karena bibit yang langka dan mahal, peternak terpaksa mengurangi jumlah peliharaannya," katanya.(GBI)