Denpasar (Antara Bali) - Pengamat politik luar negeri Idin Fasisaka MA meminta pemerintah Indonesia tidak banyak berharap permintaan maaf dari pemerintah Australia terkait penyadapan.
"Secara eksplisit, tidak akan mungkin permintaan maaf itu akan terjadi karena Tony Abbott (PM Australia) tidak ingin menjilat ludahnya sendiri," kata staf pengajar Hubungan Internasional FISIP Universitas Udayana, Denpasar, itu, Sabtu.
Ia justru melihat pemerintah Australia melunak secara perlahan-lahan sehingga pemerintah dan rakyat Indonesia tidak perlu menyikapinya secara berlebihan.
"Kita semua berharap ketegangan ini terus menurun sehingga babak baru diplomasi antara Indonesia dan Australia akan dimulai kembali," kata peraih gelar master di Political Science University of Delhi, India, itu.
Terkait dengan penarikan pasukan TNI dari kegiatan latihan gabungan dari Australia, Idin mengamati sebagai tindakan yang tepat dan sudah melalui pertimbangan politik yang matang.
"Pemerintah kita pastinya sudah memiliki kalkulasi rasional terhadap hal itu dan kerugian Indonesia tidak banyak dengan cari menarik diri dari latihan militer," ujarnya.
Namun lebih dari itu, lanjut Idin, Indonesai dan Austarlia memiliki kepentingan yang besar, seperti kerja sama di bidang pendidikan, ekonomi, dan budaya.
"Kalau melihat hal ini, mestinya kedua negara tidak boleh bersikap emosional," katanya.
Memang dalam tataran hubungan internasional, kesepakatan kerja sama antarnegara tidak boleh merugikan antara yang satu dengan yang lain.
Oleh sebab itu, dia mendorong pemerintah Indonesia untuk mengevaluasi program-program kerja sama yang selama ini dijalin dengan negara tetangga tersebut. (WRA/M038)
Pengamat Minta Indonesia Tidak Banyak Berharap Australia
Sabtu, 23 November 2013 17:00 WIB