Harga cengkih yang
terus melonjak hingga mencapai Rp130 ribu per kilogram di saat panen
saat ini membawa berkah pendapatan bagi buruh petik cengkih menjadi
setingkat manajer.
"Dalam sehari kami bisa menerima pendapatan lebih Rp300 ribu, ini
baru terjadi tahun ini menyusul pergerakan harga cengkih yang di luar
kebiasaan karena justru terus naik di saat panen sedang berlangsung,"
kata Roy Taroreh, salah satu buruh petik cengkih di Kecamatan Tombulu,
Minahasa.
Pendapatan buruh tertinggi tersebut bisa didapatkan karena
perhitungan ongkos petik yang dibayar pemilik kebun cengkih saat ini di
Sulut mencapai Rp4.000 per liter.
Dengan gaji Rp4.000 per liter maka seorang buruh petik hanya
membutuhkan hasil panen 75 liter sudah bisa menghasilkan pendapatan
Rp300 ribu per hari.
Ukuran hasil petik 75 liter per hari bagi buruh petik merupakan hal
yang mudah terutama bagi mereka yang sudah terbiasa memanen.
Roy Udung, salah satu buruh petik cengkih di Minahasa mengatakan,
bila kondisi pohon cengkih berbuah lebat, dia malah bisa memanen lebih
100 liter sehari.
Dengan hasil panen 100 liter per hari maka pendapatannya bisa mencapai Rp400 ribu sehari.
Pendapatan Rp400 ribu berarti dalam sebulan seorang buruh petik
cengkih bisa mendapatkan gaji hingga Rp9,6 juta juta selama Juni tahun
ini.
Perhitungan hari kerja petik cengkih selama Juni tahun ini yakni 24
hari kerja karena hanya hari Minggu saja buruh petik tidak melakukan
aktivitasnya.
Jumlah hari kerja 24 hari dikalikan dengan hasil panen 75 hingga 100
per liter per hari maka seorang buruh petik bisa mendapatkan gaji Rp9
juta hingga 10 juta per bulan. Pendapatan sebesar itu setara dengan gaji
seorang manajer di perusahaan.
Albert Mokodongan, seorang pemilik cengkih berskala cukup besar di
Kecamatan Tombulu, Minahasa mengatakan, ongkos petik cengkih menjadi
tinggi karena penetapannya bergantung pada harga cengkih pedagang.
"Saat ini pedagang membeli cengkih kering Rp130 ribu per kilogram,
sementara untuk mendapatkan satu kilogram cengkih kering tersebut, hanya
dibutuhkan cengkih segar atau mentah sekitar enam liter, dengan biaya
buruh petik Rp4.000 per liter maka ongkos yang dikeluarkan hanya Rp24
ribu," kata Albert.
Dengan harga pedagang pembeli cengkih Rp130 ribu per kilogram
dipotong biaya petik Rp24 ribu ditambah biaya lain, maka petani praktis
masih menerima pendapatan bersih berkisar Rp90 ribu hingga Rp100 ribu,
karena itu pemilik berani membayar ongkos petik hingga Rp4.000 per
liter.
Ongkos petik Rp4.000 per liter, merupakan angka tertinggi selama
ini, pada saat panen tahun lalu, petani hanya berani membayar Rp2.500
hingga Rp3.000 per liter, karena harga cengkih ketika itu hanya berkisar
Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per liter.
Di setiap daerah sentra cengkih masa panen cengkih berlangsung hanya sekitar dua bulan.
Dengan demikian seorang buruh petik cengkih bila bekerja maksimal
maka dia akan menghasilkan 100 liter setiap hari, bisa mendapatkan
pendapatan bersih Rp20 juta selama masa panen berlangsung.
Penduduk Sulut yang beralih jadi buruh petik cengkih setiap kali
panen cengkih berlangsung memang belum ada hitungan pasti, namun menurut
perhitungan Forum Petani Cengkih Indonesia Sulut, jumlahnya bisa
mencapai puluhan ribu orang, dengan demikian sangat besar jumlahnya bila
dikalikan dengan pendapatan per bulan.
Hukum Tua Desa Rumengkor, Martinus Mamuaja mengatakan, kendati buruh
petik cengkih mendapatkan gaji tinggi, tetapi secara umum belum mampu
mengubah tingkat ekonomi mereka sendiri.
"Pendapatan yang diterima selama menjadi buruk petik, selain untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan anak sekolah, juga sebagian besar untuk
membiayai hidup keluarganya, tak heran bila banyak di antaranya yang
hidupnya tetap susah, sikap konsumtif menjadi penyebabnya," kata
Martinus.
Seusai panen, banyak di antaranya yang harus membanting tulang pada
pekerjaan kasar lainnya guna mendapatkan uang demi membiayai hidup
keluarga.
Hukum ekonomi, semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin
tinggi pula pengeluarannya, ini juga berlaku bagi buruh petik cengkih.
Karena itu perlu kiranya dipikirkan para pemangku kepentingan untuk
membentengi para buruh petik cengkih ini sehingga ketika mereka
mendapatkan hasil melimpah dapat mengatur keuangannya dengan baik.
Ditilik dari pendapatan, maka buruh petik memang menjadi setara
dengan seorang manajer perusahaan, namun dilihat dari tingkat hidup,
buruh petik sangat kontras, kehidupan mereka masuk kategori miskin,
karena itu dibutuhkan kebijakan dan juga pemberdayaan agar pendapatan
yang hanya sementara tersebut, mampu mengubah kehidupan seutuhnya. (WRA)
Buruh Petik Cengkih Sulut Bergaji Manajer
Senin, 1 Juli 2013 17:52 WIB