Jembrana, Bali (ANTARA) - Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Bali meminta pembangunan madrasah di daerah itu wajib ramah dan memperhatikan jalur untuk murid penyandang disabilitas fisik agar mereka mudah masuk dan keluar kelas.
"Penyandang disabilitas juga memiliki hak pendidikan. Setiap bangunan sekolah madrasah harus dibangun dengan memperhatikan kebutuhan mereka," kata Kepala Kantor Wilayah Kemenag Bali Komang Sri Marheni saat menghadiri peletakan batu pertama pembangunan ruang kelas baru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Jembrana di Negara, Selasa.
Bangunan sekolah, khususnya ruang kelas, kata dia, harus memberikan rasa aman dan nyaman terhadap seluruh murid.
Terkait dengan pembangunan gedung ruang kelas baru MIN 4 Jembrana yang berasal dari bantuan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dia mengingatkan kontraktor agar bekerja sesuai spesifikasi yang sudah ditetapkan.
"Selain pekerjaan yang sesuai spesifikasi, pengadministrasian pembangunan ini juga harus memenuhi aturan," katanya.
Permintaan Marheni tersebut disanggupi pihak kontraktor, termasuk menyediakan jalur khusus bagi penyandang disabilitas di bangunan enam kelas berlantai dua tersebut.
Kepala MIN 4 Jembrana Sumarwan mengatakan pihaknya mendapatkan bantuan bangunan ruang kelas baru dari SBSN senilai Rp2,9 miliar lebih, dengan mengambil lahan di belakang sekolah.
"Biasanya untuk bantuan dari SBSN, ruang kelas baru itu sudah dilengkapi dengan meja dan kursi untuk murid maupun guru," katanya.
Dia juga mendukung adanya jalur khusus bagi penyandang disabilitas karena madrasah harus siap dengan murid dengan latar belakang yang berbeda.
Madrasah ibtidaiah merupakan pendidikan formal setingkat sekolah dasar (SD) yang berada di bawah naungan Kementerian Agama.
Dalam peletakan batu pertama pembangunan sekolah di Desa Cupel, Kecamatan Negara tersebut, selain Marheni bersama pejabat utama Kantor Wilayah Kementerian Agama Bali, juga hadir pejabat dari Kantor Kementerian Agama Jembrana, seperti Kepala Seksi Pendidikan Hendra Sidratul Azis Islam.