Denpasar (ANTARA) - Umat Muslim di Bali yang tergabung di Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) kembali menjalani tradisi Ngejot atau membagikan sesuatu dalam hal ini daging kurban kepada umat beragama lain.
“Nanti setelah dikemas daging kurban mulai diberikan ke tetangga kanan kiri, kebetulan di Bali tradisi Ngejot itu berjalan, memberi dan diberi menjadikan ikatan kita sangat baik, jadi mengenal saudara terdekat kita yaitu tetangga,” kata Wakil Ketua LDII Bali Haji Hardilan.
Haji Hardilan di Denpasar, Senin, menyampaikan tradisi saat Hari Raya Idul Adha ini sudah berjalan rutin puluhan tahun, di mana di sekitar kantor LDII Bali terdapat warga dari berbagai agama yang selama ini hidup rukun karena tidak mengenal perbedaan.
Tahun ini mereka menyembelih 131 ekor sapi dan 278 ekor kambing yang rencananya dibagikan ke 12 ribu orang di tujuh kabupaten/kota se-Bali, dengan jumlah paket terbanyak di Denpasar terutama kepada warga sekitar kantor.
Baca juga: Jumlah hewan kurban Idul Adha LDII Bali naik 15 persen
“Kami pemberiannya terutama di tempat kegiatan, di lingkungan LDII tetangga terdekat dan tidak melihat siapa atau apa pokoknya seluruh masyarakat yang minta atau perlu diberikan,” ujarnya.
Selanjutnya setelah membagikan daging kurban dalam wadah besek di sekitar lokasi pemotongan kurban, LDII Bali jemput bola ke penerima yang sudah terdata sebelumnya agar tidak terjadi penumpukan masyarakat.
Keharmonisan umat beragama di Bali tidak hanya terjadi setelah pemotongan kurban, namun juga sebelumnya di mana pemerintah daerah dan keluarga puri atau kerajaan juga ikut menyumbang hewan kurban secara rutin.
Seperti tahun ini, kata Hardilan, Wali Kota Denpasar dan Puri Grenceng turut berpartisipasi dengan ikut berkurban sapi dan kambing.
Baca juga: Umat Islam di Bali 'Ngejot' daging kurban ke penganut agama lain
Jumlah 131 ekor sapi dan 278 ekor kambing ini juga meningkat. Tahun lalu mereka menyembelih 115 ekor sapi dan 244 ekor kambing dengan penerimanya 10 ribu orang.
Salah satu umat Hindu yang menerima paket daging kurban, Turah Gede, mengaku senang karena tradisi ini terus berlanjut di lingkungan tersebut.
Menurut dia kebersamaan di lingkungan tersebut memang terjalin baik, bahkan kerap kali anak-anak muda Muslim disana bermain ke rumahnya.
“Saya pribadi punya saudara disini, tinggal puluhan tahun dan pasti ada kegiatan ini, senang sekali karena intinya kebersamaan itu indah apapun keyakinan dan agama kita, kita NKRI,” ujar Turah Gede.