Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mempercepat pembahasan program lanjutan untuk Aliansi Pendanaan Campuran Global atau Global Blended Finance Alliance (GBFA) guna merealisasikan proyek iklim dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
“Dalam dua minggu, tanggal 6 (Juni) kami akan bertemu melalui zoom untuk membicarakan program itu,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan di sela jumpa pers World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Selasa.
Menko Marves menyebutkan negara anggota memiliki antusiasme yang tinggi terkait GBFA yang dipelopori Indonesia soal pendanaan campuran tersebut dan bersemangat untuk menyusun program selanjutnya.
Ada pun negara anggota itu yakni Uni Emirat Arab (UEA), Fiji, Prancis, Sri Lanka, Kongo, Kenya, Luksemburg, dan Kanada serta Indonesia selaku tuan rumah.
Inisiatif GBFA lahir pada pertemuan 19 negara dan Uni Eropa yang tergabung dalam G20 pada November 2022 di Bali.
Sementara itu, di sela World Water Forum Ke-10, markas GBFA juga diresmikan yang dipusatkan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali pada Senin (20/5).
Nantinya, lanjut Luhut, program tersebut akan masuk dalam program kerja sama negara selatan-selatan yang menyangkut berbagai hal termasuk masalah air, kemiskinan, hingga stunting.
“Jadi Indonesia memiliki platform untuk memberikan bantuan atas gap (keterbatasan) finansial yang terjadi di negara berkembang. Ini menunjukkan kepemimpinan Indonesia dan pencapaian Presiden Joko Widodo selama 10 tahun menjadi presiden,” imbuh Luhut.
GBFA mewakili inisiatif inovatif untuk menerapkan prinsip-prinsip pendanaan campuran untuk mendukung transisi ramah lingkungan bagi negara-negara berkembang dan negara-negara kepulauan, serta South-South Cooperation.
Melalui GBFA, kerja sama selatan-selatan (South-South Cooperation) dapat memanfaatkan kekuatan dari beragam komunitas untuk mendorong kemajuan menuju tujuan bersama dengan melalui kolaborasi antarnegara.