Denpasar (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengusut kegiatan pengerukan tebing diduga untuk membangun fasilitas pariwisata yang diperkirakan terjadi di salah satu kawasan wisata di Bali.
“Ini sedang dikumpulkan data-datanya,” kata Sandiaga di Pantai Serangan, Denpasar, Bali, Sabtu.
Ia akan segera berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Bali di antaranya dengan Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya dan instansi terkait lainnya terkait kegiatan pengerukan tebing kapur itu.
Menurut dia, pembangunan pariwisata memang membuka peluang usaha dan menumbuhkan sektor tenaga kerja.
Namun, bukan berarti pembangunan tersebut mengabaikan keberlanjutan alam dan lingkungan sehingga dikhawatirkan terjadi pembangunan yang masif sehingga berdampak kepada pariwisata yang berlebih (over tourism) yang harus dihindari.
“Harus dipastikan bahwa alam dijaga karena prinsip Bali seperti tadi kami sampaikan itu Tri Hita Karana,” imbuhnya.
Baca juga: Polda Bali tetapkan lima tersangka kasus reklamasi ilegal di Pantai Melasti
Ada pun Tri Hita Karana merupakan konsep kearifan lokal masyarakat di Bali yang bermakna tiga hubungan harmonis yang saling menjaga antara hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam/lingkungan dan manusia dengan Tuhan.
Ia pun mengingatkan semua pihak untuk menjaga taksu (pancaran nilai dari dalam) Bali selaras dengan upaya menjaga lingkungan.
“Jadi besok akan saya sampaikan hasil pengumpulan data dan pemeriksaan silang,” imbuhnya.
Sebelumnya, beredar potongan video berdurasi 38 detik di salah satu akun media sosial X (twitter) yang menjadi viral karena menampilkan aktivitas pengerukan tebing di pinggir pantai dengan pemandangan menghadap samudera langsung.
Dalam video tersebut tampak alat berat sedang melakukan pengerukan tebing kapur yang diduga untuk membuka lahan pariwisata.
Ada pun kiri dan kanan tebing tinggi tersebut masih ditumbuhi hijau pepohonan dan di belakang tebing tersebut sudah berdiri salah satu bangunan yang diperkirakan hotel.
Video itu pun mendapatkan tanggapan hingga 500 kali komentar dan menyedot perhatian ratusan ribu warganet.
“Yang kami jaga di sini adalah tentunya kemurnian adat Bali, keberlanjutan lingkungan alam Bali yang harus dijaga bersama,” ujarnya.