Denpasar (ANTARA) - Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Bali Tjok Bagus Pemayun menyebut biro perjalanan wisata dengan pasar wisatawan Tiongkok punya peluang untuk bangkit.
Hal ini disampaikan Tjok Pemayun ketika disinggung soal 153 biro perjalanan wisata di bawah naungan Asita Bali saat ini masih tutup, dimana 80-90 agen di dalamnya menyasar pasar Tiongkok dan kini baru 20 agen yang buka kembali setelah pandemi COVID-19.
“Iya sudah ada peluang, tidak ada yang pindah target pasar, sebenarnya tergantung kondisi pasar tapi sekarang memang wisatawan Tiongkok sudah lumayan bagus,” kata dia di Denpasar, Kamis.
Dispar Bali menyadari salah satu alasan biro perjalanan wisata belum berani buka karena akses penerbangan langsung Bali dan Tiongkok belum banyak, namun ia mengingatkan bahwa saat ini posisi kunjungan Tiongkok sudah ada di terbanyak kedua menggantikan India.
Baca juga: Agen perjalanan dukung Dispar Bali soal pungutan wisman di terminal domestik
“Kita terbatas ya yang dari Tiongkok baru empat maskapai, tentu ini juga jadi kendala, baru beberapa kota aja aksesnya jadi kita pasti koordinasi dulu dengan Konsulat China maupun Kemenparekraf agar maskapai bisa bertambah lagi seperti akses 15 kota sebelum pandemi,” ujarnya.
Dari data BPS Bali setidaknya selama Februari 2024 jumlah wisman Tiongkok yang masuk Bali sebanyak 54.916 orang, berada di bawah Australia yang sebanyak 93.002 orang dan di atas India yang sebanyak 35.111 orang.
“Tentu tahun ini ada target, tapi sekarang sudah nomor dua loh menggeser India ya, jadi sekarang Tiongkok nomor dua, nomor tiga India,” sebut Tjok Pemayun.
Baca juga: Dispar Bali hitung belanja wisnus mulai tahun 2025
Selain punya peluang bangkit, Kepala Dispar Bali juga mengingatkan biro perjalanan wisata agar membaca minat wisatawan mancanegara.
Sebab contohnya Tiongkok menurut dia saat ini minat wisatawannya bukan hanya berbelanja namun mendapat penjelasan penting soal pariwisata dan budaya bali
“Mereka masih menggunakan biro perjalanan karena memang ada informasi yang harus disampaikan dijelaskan karena Bali pariwisatanya pariwisata budaya yang perlu ada penjelasan lebih lanjut termasuk Tiongkok, dulu kan biasanya diajak berbelanja, sekarang budaya, sudah beda seleranya," tutur Tjok Pemayun.