Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali dan Yayasan Eurasia Foundation menggali nilai-nilai perdamaian Asia dari kearifan lokal yang dirangkai dalam seminar internasional.
"Kami ingin membawa misi perdamaian di kawasan Asia melalui penanaman nilai-nilai karakter dan transfer pengetahuan kearifan lokal," kata ketua panitia seminar internasional Prof. Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum di Singaraja, Kamis.
Ia mengatakan, kuliah umum dan seminar internasional yang berkesinambungan selama beberapa bulan ke depan yang mengusung tema “Etnosains dan Kearifan Lokal dan Kearifan Lokal di Asia” itu dilandasi oleh pemikiran bahwa sains-sains lokal yang ada di Asia beserta kearifan lokalnya bisa saling menyapa dan tidak saling bertentangan satu sama lain.
Terdapat dua tujuan yang dirumuskan melalui kuliah umum dan seminar internasional itu, pertama, ingin mengajak para dosen dan mahasiswa untuk memperluas cakrawala keilmuannya berdasarkan eksistensi keberadaan dari sains-sains lokal dari kawasan Asia dan kearifan lokal yang sudah tertanam dalam sistem sosiokultural di masyarakat Asia.
Kedua, ingin mengajak para dosen dan mahasiswa untuk menumbuhkan suatu kesadaran bahwa betapa pentingnya penanaman nilai karakter berbasiskan pada etnosains dan kearifan lokal.
Sendratari menambahkan, pemilihan tema tersebut tidak terlepas dari misi yang dimiliki oleh Eurasia Foundation, yaitu ikut serta menanamkan perdamaian di kawasan Asia melalui penanaman nilai-nilai karakter dan transfer pengetahuannya melalui perguruan tinggi.
Kuliah umumnya sendiri berlangsung sampai Juni 2024 dengan menghadirkan sebanyak 16 orang narasumber yang berasal dari Asia Tenggara dan berbagai perguruan tinggi di Indonesia, termasuk juga dari Eurasia Foundation.
Pada kuliah umum perdana ini Rektor Undiksha Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd menjadi narasumber. Ia membawakan materi “Kearifan Lokal Tri Hita Karana untuk Mewujudkan Generasi Unggul di Asia”.
Poin yang disampaikan yakni menjadi generasi unggul bukan semata-mata menjadi yang paling hebat dalam suatu atau antara kelompok. Tetapi lebih dari itu mampu menjadi trend setter atau contoh bagi orang lain. Tidak kalah penting lagi adalah memiliki sikap yang baik dalam menjalin hubungan dengan Tuhan, dengan sesama, dan dengan lingkungan yang tertuang dalam filosofi Tri Hita Karana.
Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup masyarakat Bali, sederhananya dapat dipahami sebagai keseimbangan hubungan antara manusia dan Sang Pencipta, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam.
Sebagai Rektor, Lasmawan menyambut baik terselenggaranya kuliah umum ini, terlebih dengan hadirnya narasumber yang memiliki sepak terjang di level internasional.
Hal ini diharapkan dapat menginspirasi program studi maupun fakultas lain untuk menginisiasi kegiatan serupa.