Denpasar (ANTARA) - Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Dr I Made Anom Wiranata mengatakan tantangan komunikasi ke depan hendaknya dapat menjadikan revolusi dalam bidang komunikasi untuk membangun peradaban masyarakat yang lebih baik.
"Hal ini karena terbukanya ruang berkomunikasi selama ini tidak menjadi jaminan bagi warga negara dan masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik," kata Anom yang juga Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Informasi FISIP Unud di Denpasar, Kamis.
Ia menyampaikan hal tersebut saat membuka konferensi internasional bertajuk "Epicentre Development of Communication Science" yang diselenggarakan Asosiasi Penerbit Jurnal Ilmu Komunikasi Indonesia (APJIKI) berkolaborasi dengan Universitas Udayana dan Universitas Pendidikan Nasional.
Konferensi internasional yang pertama dari APJIKI ini selain diikuti para pengelola jurnal di Indonesia juga dihadiri perwakilan pengelola jurnal dari Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
Anom menambahkan harapan awal adanya komunikasi yang baik tentu agar bisa berdialog lintas negara, bisa berdialog dengan pemimpin. Kemudian pemimpin bisa berdialog dengan pemimpin negara lain.
"Tetapi yang terjadi sekarang terjadi eskalasi perang skala besar seperti perang Rusia-Ukraina dan perang di Timur Tengah," ujarnya.
Menurut Anom, salah satu hal penyebab perang karena dalam komunikasi itu menganggap orang lain sebagai objek dan bukan sebagai subjek.
"Oleh karena itu, tantangan ke depan bagaimana dengan komunikasi menjadikan orang lain sebagai subjek yang sama-sama saling bertumbuh dan saling menghargai," katanya.
Dalam konteks nasional, lanjut dia, terlebih dalam menghadapi Pemilu 2024 akan menghadapi penggunaan komunikasi yang mungkin banyak digunakan untuk memandang orang lain sebagai objek yang harus dikalahkan, yang harus diolok-olok, dan harus disingkirkan.
"Hal-hal seperti itu akan menjadi tantangan bagi politik Indonesia yang damai. Politik yang damai harusnya didasari oleh komunikasi yang memanusiakan. Walaupun berbeda, tetapi rasa hormat sesama subjek mesti tetap dijaga. Itu adalah tantangan komunikasi terutama dalam bidang politik baik tingkat nasional, regional maupun global," katanya.
Dr Lintang Ratri Rahmiaji selaku ketua panitia pelaksana konferensi mengatakan dalam konferensi menyoroti sejumlah isu yang berkaitan dengan Keketuaan Indonesia pada ASEAN Tahun 2023 ini
Ia mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyatakan ASEAN harus menjadi kawasan yang bermartabat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi. Presiden juga mengharapkan ASEAN menjadi kawasan ekonomi yang tumbuh cepat, inklusif, dan berkelanjutan.
Sementara itu Ketua APJIKI Prof Dr Rajab Ritonga mengapresiasi antusiasme yang tinggi dari para anggota APJIKI sehingga konferensi dapat terselenggara dan berjalan lancar.