Jakarta (ANTARA) - Pengamat Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menyebut media, lebih cenderung mengangkat isu pemerasan dalam perkara dugaan korupsi Syahrul Yasin Limpo (SYL).
"Agenda media lebih cenderung mengangkat isu pemerasan. Padahal kita sadar, bahwa korupsi termasuk kejahatan yang sangat luar biasa," katanya dalam diskusi publik dengan tema, Mengawal Agenda Antikorupsi di Indonesia, di Jakarta, Senin.
Dia berpendapat wacana publik dimulai dari dugaan tindak pidana korupsi yang diselidiki oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Baru kemudian, mengikuti adalah pemerasan yang ditangani oleh kepolisian
"Bisa dimaknai pengaduan pemerasan itu, sebagai suatu pembelaan," ujarnya.
Ia mengatakan, mengapa saat terjadi pemerasan tidak segera dilaporkan. Nanti, setelah ada penyelidikan dugaan korupsi, lalu dibuat proses dengan sudut pandang pemerasan.
"Itu bisa dimaknai sebagai sesuatu pembelaan," ujarnya.
Dia menegaskan sebaiknya perkara tindak pidana korupsi harusnya di kedepankan terlebih dahulu.
Terkait beredarnya foto Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), Emrus berpendapat jika foto itu menunjukkan simbol, SYL yang memohon sesuatu.
"Sementara Firli Bahuri, menunjukkan posisi yang sangat 'strong' yang tegas dan lihat posisi ketika dia duduk dan mengangkat kaki," katanya.
Selain itu kata dia, foto itu diambil saat berada di ruang publik, yakni ada tiga orang yang berada di tempat itu.
Dia pun berpendapat jika foto itu, tidak cukup sebagai bukti terjadinya tindak pidana.
Baca juga: Polda Metro Jaya: Kasus pemerasan oleh pimpinan KPK naik ke penyidikan
Baca juga: Presiden minta penegak hukum tangani dugaan pemerasan KPK ke SYL