Denpasar (Antara Bali) - Anggota Komisi I DPRD Provinsi Bali Ni Made Sumiati mendorong kaum perempuan di Pulau Dewata untuk gigih berjuang mengejar jabatan politik agar tidak semakin jauh tertinggal dari kemajuan laki-laki.
"Perempuan juga jangan sirik jika kaumnya maju dalam bidang politik. Malah seharusnya didukung dan didorong, karena melalui jalur politik salah upaya untuk mensejajarkan diri," katanya saat menjadi pembicara pada seminar "Kepemimpinan Perempuan Hindu" di kampus IHDN Denpasar, Kamis.
Legislator dari PDIP itu menyebutkan dari 380 anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota se-Bali, saat ini hanya 28 orang atau sekitar delapan persen yang merupakan anggota legilatif perempuan.
"Bagaimana mau memperjuangkan hak-hak kaum perempuan jika jumlahnya timpang. Oleh karena itu, perempuan Bali saya harap harus berani," ucapnya pada seminar serangkaian memperingati Hari Ibu itu.
Menurut dia, masih terdapat beberapa kendala yang menyebabkan keengganan kaum hawa untuk turut merebut kekuasaan yakni belum memiliki keberanian bertarung, masih tidak yakin dengan kemampuan kaumnya sendiri dan status quo kaum adam pada parpol, serta perempuan tidak mandiri secara finansial.
"Tidak ada sanksi yang tegas pada partai politik yang tidak memenuhi kuota keterwakilan perempuan 30 persen," ucap politisi dari Kabupaten Karangasem.
Oleh karena itu, lanjut dia, perempuan hendaknya mempersiapkan bekal yang cukup jika ingin mampu bersaing. Bekalnya berupa keberanian, pendidikan, cerdas menangkap peluang, ada kemauan yang tinggi, disiplin, tegas, mempunyai kemampuan multitalenta, serta kemampuan berjuan di ranah formal dan non formal.
Sementara itu akademisi dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr Ida Ayu Tary Puspa menyampaikan ketika perempuan berhasil menjadi pemimpin, maka kunci suksesnya harus berusaha memanfaatkan dan menyeimbangkan potensi diri yang dimiliki.
"Pemimpin perempuan harus mampu menerapkan manajemen waktu dengan baik," katanya. Sifat feminim yang dimiliki perempuan harus diimbangi dengan keberaniannya untuk berjuang membuatterobosan baru dan belajar meningkatkan diri.
"Khususnya perempuan Hindu dalam menjadi pemimpin mesti berpegang teguh pada ajaran Hindu itu sendiri, menjalankan kewajiban (swadharma), berkepribadian yang baik, dan menghindari perilaku yang dapat menjatuhkan martabat sebagai wanita," ujar Tary Puspa. (LHS/T007)