Nusa Dua (Antara Bali) - Produsen teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Fujitsu memfasilitasi sejumlah perusahaan asal Jepang melakukan ekspansi bisnisnya di Indonesia pada 2013 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional lebih besar lagi.
"Fokus bisnis kami pada 2013 adalah memperluas kekuatan pada akun global di Jepang untuk membantu perusahaan-perusahaan di negara tersebut yang ingin berekspansi di Indonesia," kata Presiden Direktur PT Fujitsu Indonesia Achmad Sunuadji Sofwan di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Kamis.
Perusahaan-perusahaan asal Jepang, lanjut dia, akan didorong untuk memperkuat bisnis melalui pola kemitraan dengan pengusaha lokal kelas menangah agar bisa bersaing dengan dukungan TIK yang memadai.
Kontribusi Fujitsu kepada bangsa, kata dia, sudah terbukti setelah menggarap proyek kabel serat optik bawah laut atas inisiasi PT Telkom. Proyek kabel serat optik bawah laut pertama yang menghubungkan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara itu mulai dikerjakan pada 2009 dan rampung pada akhir 2010.
"Kabel serat optik bawah laut yang kami garap itu merupakan yang pertama di Indonesia yang didukung jaringan pita lebar untuk memperkuat layanan internet, e-commerce, video, data, dan suara," katanya dalam pemaparan mengenai visi bisnis Fujitsu di Indonesia pada 2013.
Sofwan mengemukakan bahwa pada 2013 Fujitsu mendukung sejumlah perusahaan di Indonesia menerapkan sistem TIK yang lebih manusiawi (human centric intelligent society).
"Untuk mendukung program ini, kami mengembangkan komputasi awan, teknologi sensor, dan TIK yang bisa menjawab persoalan terkait ancaman krisis pangan, kesehatan, energi, transportasi, logistik, dan lingkungan hidup," katanya.
Menurut dia, pada era 1990-an penggunaan TIK di Indonesia sebatas peningkatan produktivitas dan sampai saat ini masih berbasis pada sistem komputerisasi.
"Untuk masa-masa yang akan datang, kami akan menerapkan TIK yang dapat mengubah perilaku masyarakat lebih manusiawi demi kemajuan bangsa ini," katanya.
Bahkan produsen TIK asal Jepang yang mulai melakukan ekspansinya di Indonesia pada 1995 itu juga akan membangun jaringan infrastruktur untuk memperkuat pelayanan pembayaran pajak secara online yang saat ini menjadi tuntutan sejumlah investor asing.
"Kalau infrastruktur di sini bagus, tentu akan banyak investor asing yang masuk. Sepuluh tahun yang lalu pembayaran pajak di Singapura masih belum terintegrasi secara online, sekarang sudah. Memang instansi pemerintahan di Indonesia belum menyadari pentingnya jaringan infrastruktur, tapi kalangan swasta terus berupaya ke arah sana," kata Sofwan.
Sementara itu, Gavin Selkirk selaku Regional Chief Executive Officer Fujitsu Asia menganggap peran pentingnya Indonesia bagi industri TIK, khususnya di kawasan Asia Pasifik.
"Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat bagus. Dan pasar TIK di Indonesia memberikan kontribusi 13 persen atau menduduki peringkat keempat di Asia Tenggara," katanya.
Ia yakin lima tahun ke depan Fujitsu di Indonesia akan mengalami perkembangan yang cukup signifikan, mengingat belanja TIK di Indonesia pada 2012 mencapai 15 miliar dolar AS atau mengalami pertumbuhan sekitar 11 persen dibandingkan 2011.
Bahkan selama periode 2006-2011 rata-rata pertumbuhan tahunan Fujitsu di Indonesia mencapai 19,2 persen melampaui rata-rata pertumbuhan produsen TIK nasional yang hanya 12,9 persen.
"Pada tahun ini kami memperkirakan pertumbuhan Fujitsu di Indonesia bisa mencapai 25 persen dibandingkan tahun lalu atau melampaui target sebesar 16,9 persen," kata Gavin.
Oleh sebab itu, Fujitsu optimistis Indonesia akan menjadi primadona bagi para investor asing, apalagi kalau melihat pertumbuhan ekonomi nasional yang menempati peringkat ketiga di Asia di bawah China dan India.
"Jadi, bagaimana pun hiruk-pikuknya politik di negeri ini, pertumbuhan ekonominya bagus dan situasi keamanannya stabil. Bahkan investasi sektor telekomunikasi setiap tahun terus naik dan banyak penyedia jasa telekomunikasi yang meraih keuntungan," kata Sofwan. (M038/T007)