Semarang (Antara Bali) - Rektor Universitas Negeri Semarang Prof Sudijono Sastroatmodjo berpendapat ajang "Sinden Idol" yang digelar universitas tersebut merupakan salah satu wujud konservasi budaya.
"Konservasi tidak hanya dalam bentuk fisik, seperti penghijauan, tetapi juga konservasi nilai, salah satunya 'Sinden Idol' ini," katanya di sela 'Grand Final Sinden Idol 2012' di Semarang, Minggu (2/12) malam.
Menurut dia, regenerasi sinden perlu dilakukan untuk mempertahankan kesenian tradisional yang dimiliki masyarakat Jawa itu agar tidak hilang, apalagi selama ini belum ada ajang pencarian bakat sinden.
Jangan sampai, kata dia, bangsa Indonesia "kebakaran jenggot" ketika bangsa lain mengklaim sinden sebagai budayanya karena tidak dirawat, dikembangkan, dan diwariskan kepada para generasi muda.
"Sinden adalah kekayaan seni adiluhung yang kita punya. Dari sinden, tidak hanya bisa menikmati suara indah para pesinden, tetapi banyak nilai luhur yang bisa dipetik dari seni tradisional ini," katanya.
Sudijono menjelaskan sinden disebut juga waranggana, berasal dari kata "wara" yakni perempuan dan "anggana" artinya duduk sehingga mengartikan perempuan terpilih yang duduk dengan penuh keanggunan dalam pertunjukan.
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes Yusro Edi Nugroho menjelaskan sinden ditampilkan dalam pertunjukan wayang, tetapi regenerasi pesinden kurang diperhatikan.
"Kalau pencarian bakat dalang-dalang muda sudah ada, tetapi sinden belum ada. Orang disuruh menyanyi dangdut mungkin jago, tetapi disuruh menyinden belum tentu bisa. Memang susah menjadi sinden," katanya. (*/T007)