Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menyampaikan berdasarkan pengalamannya di Dewan Pers, konten-konten pemberitaan di Indonesia yang paling minim adalah berita terkait dengan kebudayaan.
“Dalam pengamatan sebagai anggota Dewan Pers, konten-konten pemberitaan itu yang paling minim adalah terkait dengan kebudayaan,” ujar Ninik saat memberikan sambutan dalam Sarasehan Jurnalis Perempuan Indonesia 2023 bertajuk “Menyusuri Jejak Sumatera Pelopor Pers Perempuan di Indonesia”, sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube FJPI Channel di Jakarta, Selasa.
Dengan demikian, menurut dia, peningkatan pemberitaan mengenai kebudayaan di Tanah Air merupakan salah satu pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan oleh Dewan Pers.
“Jadi, PR lagi buat saya dan kawan-kawan Dewan Pers untuk memikirkan bagaimana membangun satu perspektif bagi teman-teman jurnalis bahwa membuat pemberitaan yang berkeadilan, yang berkualitas sebagai karya jurnalistik, salah satu yang harus digambarkan, yang dipakai sebagai sarana melakukan edukasi pada publik adalah dalam konteks kebudayaan,” jelas Ninik.
Terkait dengan hal itu, ia pun menilai penghargaan kebudayaan yang diberikan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat merupakan suatu hal yang luar biasa karena mengapresiasi sosok bupati/wali kota yang sukses memberikan inovasi pangan, sandang, dan papan yang berbasis kebudayaan atau kearifan lokal dan informasi global.
“Ada penganugerahan kebudayaan dari PWI dan menurut saya itu hal yang sangat luar biasa,” ujar dia.
Dalam perhelatan Anugerah Kebudayaan PWI yang kelima itu, PWI Pusat mengangkat tema “Inovasi Pangan, Sandang, Papan Berbasis Informasi dan Kebudayaan”. Tim juri yang terlibat dalam Anugerah Kebudayaan PWI itu terdiri atas wartawan senior, pelaku dan pengamat seni-budaya, serta dosen.
Perhelatan anugerah tersebut diharapkan dapat mendorong para kepala daerah di tingkat kabupaten/kota agar melestarikan kebudayaan Indonesia, sebagaimana ciri khas di daerah masing-masing melalui sandang, pangan, dan papan.