Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bali) - Hamparan lahan sawah yang menghijau, dengan lokasi yang berundag-undang (terasering) di Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan memiliki pemandangan dan keindahan panorama alam.
Perpaduan lembah dan perbukitan di bagian hulu Gunung Batukaru itu dikitari lingkungan dan kawasan hutan yang lestari, menjadi satu kesatuan hamparan lahan sawah yang cukup luas.
Kawasan Catur Angga Batukaru daerah "gudang beras" Kabupaten Tabanan merupakan salah satu dari empat kawasan di Bali yang telah dikukuhkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia (WBD).
Tiga kawasan lainnya yang menjadi satu kesatuan dikukuhkan UNESCO di St Petersburg, Rusia, pada 20 Juni 2012 meliputi kawasan suci Pura Taman Ayun, Mengwi, Kabupaten Badung, daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, Kabupaten Gianyar dan Pura Ulundanu Batur, Kabupaten Bangli.
"Sejak pengukuhan UNESCO terhadap warisan budaya dunia di Bali itu, kunjungan wisatawan mancanegara ke objek wisata Jatiluwih mengalami peningkatan yang cukup signifikan," tutur Kelian (ketua) Subak Mekayu, Gunung Sari, yang wilayahnya meliputi kawasan Jatiluwih I Gede Made Suparta.
Sosok pria yang berusia 44 tahun yang juga seorang petani menanam padi jenis merah yang hanya khusus ditanam petani di kawasan subak itu menuturkan, wisatawan mancanegara yang melihat dari dekat pemandangan dan aktivitas petani itu berkisar 75-100 orang setiap harinya.
Bahkan pada hari-hari tertentu bisa melonjak berlipat ganda, seiring dengan semakin banyaknya turis berliburan ke Pulau Dewata. Padahal sebelum dikukuhkan menjadi WBD kunjungan wisman rata-rata di bawah 50 orang.
Oleh sebab itu pengukuhan Kawasan Catur Angga Batukaru di Kabupaten Tabanan menjadi WBD mampu menambah daya tarik kawasan Jatiluwih bagi wisatawan dalam dan luar negeri.
Jatiluwih yang menyuguhkan keindahan panorama alam yang tidak ada duanya itu menjadi objek wisata andalan Kabupaten Tabanan disamping objek wisata Tanah Lot, wisata Bedugul dan objek wisata Alas Kedaton yang mengoleksi ribuan ekor kera.
Semakin banyaknya wisman berkunjung ke objek-objek wisata Kabupaten Tabanan, khususnya kawasan Catur Angga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, harap Gede Made Suparta yang akrab disapa Guru Putri.
Bali selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2012 menerima kunjungan 1,64 juta wisatawan mancanegara atau 68,75 persen dari sasaran yang ditetapkan 2,7 juta selama tahun ini, tutur Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Ir Gede Suarsa MSi.
Sisanya 1,1 juta wisman atau 31,25 persen optimis dapat tercapai dalam lima bulan ke depan, mengingat kunjungan wisman ke Bali setiap bulannya tidak kurang dari 250.000 orang.
Sementara tahun 2011, Bali menerima kunjungan wisman sebanyak 2,82 juta orang meningkat 9,72 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 2,57 juta orang.
Adanya pengakuan dan pengukuhan UNESCO terhadap warisan budaya dunia di Bali secara tidak langsung akan menambah daya tarik bagi masyarakat internasional terhadap Bali.
Pelihara WBD
Prof Dr I Wayan Windia, guru besar Universitas Udayana yang merangkap Sekretaris Tim Penyusunan Proposal WBD Subak di Bali mengharapkan, agar pemerintah dan masyarakat di Pulau Dewata berperan serta secara aktif dalam memelihara kelangsungan WBD tersebut.
Keterlibatan semua itu sangat penting dalam menjaga, memelihara, merawat serta kelangsungan WBD di Bali yang menjadi dambaan masyarakat internasional.
"Mumpung masih ada yang dapat kita wariskan kepada dunia, kalau nanti lokasi-lokasi yang dikukuhkan UNESCO rusak, sehingga tidak wajar lagi diwariskan kepada dunia, sehingga bisa saja badan PBB yang menangani kebudayaan itu mencabut keputusan penetapan WBD," tegas Prof Windia.
Dengan adanya penetapan WBD oleh UNESCO, otomatis citra Bali, khususnya kawasan Jatiluwih dan tiga kawasan lainnya yang menjadi satu kesatuan meningkat karena dikenal dunia internasional, sehingga dapat merangsang wisatawan dari berbagai negara berkunjung ke Bali.
Di sinilah seharusnya Pemkab Tabanan, Badung, Gianyar dan Bangli bisa menarik keuntungan lalu mengelolanya dengan baik demi kesejahteraan masyarakat dan petani subak di lokasi itu.
Dengan demikian petani akan senang bertani sekaligus merawat dan memelihara kelangsungan WBD di masa mendatang. Hal itu penting ditanamkan, jika sampai UNESCO menarik penetapannya, maka citra bangsa Indonesia akan tercoreng.
Oleh sebab itu diharapkan pemerintah pusat maupun pemerintah Provinsi Bali maupun pemerintah kabupaten/kota di daerah ini menjalin kerja sama melakukan rencana aksi bagi pelestarian dan kelanjutan kawasan-kawasan yang telah disetujui sebaga WBD.
Keuntungan riil yang diraih Pemkab atas pengakuan dan pengukuhan UNESCO adalah citra positif dari kawasan tersebut yang akan merangsang kedatangan wisatawan, sehingga kunjungan wisman ke daerah itu meningkat tajam.
Masalahnya adalah seberapa jauh komitmen keempat Pemkab yang wilayahnya yang dikukuhnya menjadi WBD untuk mengalokasikan retibusi yang dibayar oleh wisman untuk diarahkan bagi kepentingan petani dan subak.
Kontribusi wisatawan yang berkunjung ke kawasan Jatiwulih perlu dibagi secara merata antara Pemkab Tabanan, Desa sekitar dan petani yang terhimpun dalam wadah subak, harap Prof Windia.(*/T007)