"Kami melakukan antisipasi karena akan ada dampak pada mereka di sini yang mana bank-bank di sana juga diserang siber, dan saat mereka (WN Ukraina) di sini melakukan transaksi di ATM itu tidak bisa, sampai saat ini masih bisa bertahan, ya mudah-mudahan bisa normal lagi kalau berkepanjangan baru ditindaklanjuti," kata Nyoman Astama saat ditemui di Kantor Konsulat Ukraina di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan saat ini belum ada laporan dari warga Ukraina yang ada di Bali untuk meminta bantuan dalam hal penarikan uang tersebut. Menurut dia, begitu juga bantuan psikolog belum dilakukan, karena warga Ukraina yang ada di Bali memiliki rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang tinggi.
"Menurut informasi sementara ada yang tidak bisa narik uang, begitu perang, sibernya langsung diserang jadi akses mereka sudah ada yang tidak bisa narik uang (di Bali), tapi belum ada yang melapor dan kami berharap ini tidak akan lama," katanya lagi.
Baca juga: Sandiaga: Wisman Rusia atau Ukraina tetap dapat wisata ke Indonesia
Nyoman Astama mengatakan tujuan mereka melakukan aksi damai ini ingin mengutarakan harapannya agar menghentikan perang dan perdamaian segera tercapai.
Dampak dari perang Ukraina tersebut, kata Nyoman Astama ada banyak sekali mulai dari sisi kemanusiaan, lalu infrastruktur dan psikologi hingga perekonomian.
Salah satu perwakilan warga Ukraina Allisa mengatakan dalam aksi damai ini, baik warga Ukraina maupun Rusia yang berada di Bali hanya mengharapkan perdamaian. Tidak hanya warga Ukraina dan Rusia, namun WNA dengan berbagai kewarganegaraan ini juga bergabung untuk mendukung penghentian perang Ukraina.
Allisa mengatakan hanya ingin perang Ukraina ini berakhir dan tidak ada lagi perang. Menurutnya, tidak hanya warga Ukraina, ada juga dukungan dari warga Rusia agar tidak ada lagi penyerangan ke Ukraina.
"Who supports this action all my friends everybody who I know everyone against that. We want to stop war in Ukraine in any case," kata Allisa.
Sementara terkait kondisi keluarganya, Allisa mengaku masih bisa saling berkomunikasi dengan keluarganya. Namun tidak mengetahui sepenuhnya seperti apa kondisi untuk kebutuhan hidup di sana dan lainnya.
"Just big stress and just confusion don't know what to do and now we just you see we're doing what we can and we just try," ujarnya pula.