Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa berpotensi melemah tertekan kekhawatiran kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS).
Pada pukul 9.21 WIB, rupiah melemah 12 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.210 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.198 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa, mengatakan, rupiah kemungkinan bisa terkoreksi hari ini mengikuti keresahan pelaku pasar global melihat penurunan dalam indeks saham AS Nasdaq. Indeks saham Asia juga bergerak melemah pagi ini.
"Pelaku pasar mengkhawatirkan kenaikan inflasi AS yang bisa mengubah pendirian bank sentral terhadap kebijakan moneternya. Data inflasi AS akan dirilis Rabu malam," ujar Ariston.
Imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun juga sempat kembali naik ke atas level 1,6 persen karena kekhawatiran inflasi tersebut.
"Kekhawatiran terhadap kenaikan laju penularan COVID-19 di dunia yang sudah memicu lockdown baru di beberapa negara, termasuk negara tetangga Malaysia dan Singapura, juga bisa menekan rupiah," kata Ariston.
Dari domestik, pagi ini akan dirilis data penjualan ritel Indonesia Maret 2021. Bila hasilnya kembali minus, lanjut Ariston, bisa menjadi tambahan tekanan untuk rupiah.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi tertekan ke kisaran Rp14.250 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.180 per dolar AS.
Pada Senin (10/5) lalu, rupiah ditutup menguat 87 poin atau 0,61 persen ke posisi Rp14.198 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.285 per dolar AS.