Ternate (Antara Bali) - Pengamat masalah pangan di Maluku Utara Yamin Pune Tawari MSc menilai program kembali ke makanan lokal yang dikampanyekan oleh pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras mudah direalisasikan di daerah itu.
"Masyarakat Maluku Utara (Malut) selama ini menjadikan makanan lokal, seperti sagu dan ubi kayu sebagai makanan sehari-hari selain beras. Jadi saya menilai program kembali ke makanan lokal tersebut mudah direalisasikan di Malut," katanya di Ternate, Minggu.
Bahkan, kata Yamin, di Malut banyak kearifan lokal yang sangat mendukung keberadaan makanan lokal, seperti tradisi menyajikan makanan lokal dalam resepsi perkawinan atau hajatan lainnya kepada para tamu.
Menurut dia, Malut selama ini tidak pernah mengalami krisis pangan, walaupun sekitar 70 persen dari 80 ribu ton lebih per tahun kebutuhan beras masyarakat di daerah ini harus didatangkan dari luar Malut dan itu merupakan kontribusi dari kebiasaan masyarakat yang masih suka mengonsumsi makanan lokal.
Namun kebiasaan tersebut tidak tertutup kemungkinan akan memudar jika pemerintah daerah setempat tidak melakukan langkah-langkah dan kebijakan yang tepat untuk mendorong masyarakat tetap mempertahankan makanan lokal sebagaimana yang dikampanyekan pemerintah pusat tersebut.(IGT/T007)
Makanan Lokal Pengganti Nasi
Minggu, 10 Juni 2012 21:27 WIB